EMULSI DAN SUSPENSI
EMULSI DAN SUSPENSI
Emulsi adalah campuran antara
partikel-partikel suatu zat cair (fase terdispersi) dengan zat cair lainnya
(fase pendispersi).
Emulsi tersusun atas tiga komponen
utama, yaitu: Fase terdispersi, fase pendispersi, dan emulgator.
Ada dua tipe emulsi, yaitu:
- Emulsi
A/M yaitu butiran-butiran air terdispersi dalam minyak
- Emulsi
M/A yaitu butiran-butiran minyak terdispersi dalam air.
Kedua zat yang
membentuk emulsi ini harus tidak atau sukar membentuk larutan
dispersirenik
Zat
Pengemulsi (Emulgator)
Tanpa adanya
emulgator, maka emulsi akan segera pecah dan terpisah menjadi fase terdispersi
dan medium pendispersinya, yang ringan terapung di atas yang berat.
Adanya
penambahan emulgator dapat menstabilkan suatu emulsi karena emulgator
menurunkan tegangan permukaan secara bertahap.
Adanya penurunan tegangan permukaan secara
bertahap akan menurunkan energi bebas yang diperlukan untuk pembentukan emulsi menjadi
semakin minimal.
emulsi akan
menjadi stabil bila dilakukan penambahan emulgator yang berfungsi untuk
menurunkan energi bebas pembentukan emulsi semaksimal mungkin. Semakin rendah
energi bebas pembentukan emulsi maka emulsi akan semakin mudah terbentuk.
Tegangan
permukaan menurun karena terjadi adsorpsi oleh emulgator pada permukaan cairan
dengan bagian ujung yang polar berada di air dan ujung hidrokarbon pada minyak.
Daya kerja
emulgator disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik dalam
minyak maupun dalam air.
emulgator lebih
terikat pada air atau larut dalam zat yang polar maka akan lebih mudah terjadi
emulsi minyak dalam air (M/A).
emulgator lebih
larut dalam zat yang non polar, seperti minyak, maka akan terjadi emulsi air
dalam minyak (A/M).
Emulgator
membungkus butir-butir cairan terdispersi dengan suatu lapisan tipis, sehingga
butir-butir tersebut tidak dapat bergabung membentuk fase kontiniyu. Bagian
molekul emulgator yang non polar larut dalam lapisan luar butir-butir lemak
sedangkan bagian yang polar menghadap ke pelarut air.
Pada beberapa
proses, emulsi harus dipecahkan. Namun ada proses dimana emulsi harus dijaga
agar tidak terjadi pemecahan emulsi.
Zat pengemulsi
atau emulgator juga dikenal sebagai koloid pelindung, yang dapat mencegah
terjadinya proses pemecahan emulsi, contohnya : Gelatin, digunakan pada
pembuatan es krim; Sabun dan deterjen; Protein; Cat dan tinta; Elektrolit .
Kestabilan Emulsi
Bila dua larutan murni yang tidak
saling campur/ larut seperti minyak dan air, dicampurkan, lalu dikocok
kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem dispersi yang disebut emulsi.
Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah dalam fasa
yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat cepat akan
terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan
teramati pada sistem dispersi terjadi dalam waktu yang sangat singkat .
Kestabilan
emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu:
1. Gaya
tarik-menarik yang dikenal dengan gaya London-Van Der Waals. Gaya ini
menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap,
2. Gaya
tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda elektrik
yang bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid
Faktor-faktor
yang mempengaruhi stabilitas emulsi, adalah:
1. Tegangan
antarmuka rendah
2. Kekuatan
mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka
3. Tolakkan
listrik double layer
4. Relatifitas phase pendispersi
kecil
5. Viskositas tinggi.
Teori
Emulsifikasi
Ada 3 teori
tentang pembentukan emulsi , yaitu :
1. Teori Tegangan Permukaan
Teori ini
menjelaskan bahwa emulsi terjadi bila ditambahkan suatu substansi yang
menurunkan tegangan antar muka diantara 2 cairan yang tidak bercampur .
2. Teori Orientasi Bentuk Baji
Teori ini
menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi dengan dasar adanya kelarutan selektif
dari bagian molekul emulgator, ada bagian yang bersifat suka terhadap air atau
mudah larut dalam air ( hidrofil ) dan ada bagian yang suka dengan minyak atau
larut dalam minyak ( Lifofil ) .
3. Teori Film Plastik
Teori ini
menjelaskan bahwa emulgator ini
mengendap pada permukan masing-masing butir tetesan fase dispersi dalam
bentuk film yang plastis.
( Farmasetika ,
180 )
Surfaktan dapat
membantu pembentukan emulsi dengan mengabsorpsi antar muka, dengan menurunkan
tegangan iterfasial dan bekerja sebagai pelindung agar butir-butir tetesan
tidak bersatu. Emulgator membantu terbentuknya emulsi dengan 3 jalan, yaitu :
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat
yang mengandung partikel obat yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensisoid)
disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum.
Alasan pembuatan
suspensi oral,
- Kestabilan
obat, dalam hal seperti ini suspensi oral menjamin stabilitas kimia dan
memungkinkan terapi dengan cairan.
- bentuk
cair lebih disukai ketimabang bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat
yang sama)
- aman,
mudah diberikan untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuaian dosisnya
untuk anak.
- suspensi
dapat menutupi rasa obat yng tidak enak dan pemilihan zat pemberi rasa
dapat lebih disesuaikan dengan rasa yang diinginkan, bukan untuk menutupi
rasa yang tidak enak dari suatu obat.
Problem
yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat
penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut
merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
faktor
yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah :
Ukuran
Partikel
Ukuran
partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya
tekan keatas dari cairan suspensi itu, semakin besar
ukuran partikel maka semakin kecil luas penampangnya.
Kekentalan
/ Viskositas
Kekentalan suatu
cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental
suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).
Jumlah Partikel / Konsentrasi
Apabila didalam
suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan
susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara
partikel tersebut.
Benturan itu
akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin
besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel
dalam waktu yang singkat.
Sifat /
Muatan Partikel
Dalam suatu
suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang
sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi
antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan
tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita
tidak dapat mempengruhi.
Ukuran partikel
dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid
mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan
penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan
pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi),
umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
Bahan
pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
1. Bahan pensuspensi dari alam.
Bahan
pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom / hidrokoloid.
Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut
membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas
cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan
mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, PH, dan proses fermentasi
bakteri.
a.
Termasuk golongan gom :
Contonya
: Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth , Algin
b.
Golongan bukan gom :
Contohnya :
Bentonit, Hectorit dan Veegum.
2. bahan pensuspensi sintesis
Derivat Selulosa
Contohnya
: Metil selulosa, karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.
Golongan organk
polimer
Contohnya: Carbaphol 934.
Dalam pembuatan suspensi, serbuk mula-mula dibasahi dulu oleh zat pembasah agar serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium dispersi. alkohol, gliserin dan cairan higroskopis lainyya digunakan sebagaizat pembasah bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase dispersi.
Dalam pembuatan suspensi, serbuk mula-mula dibasahi dulu oleh zat pembasah agar serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium dispersi. alkohol, gliserin dan cairan higroskopis lainyya digunakan sebagaizat pembasah bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase dispersi.
kemudian bahan pensuspensi dicampur dengan air,
sehingga terbentuk mucilago. Serbuk yang telah dibasahi dicampur dengan
mucilago yang telah dibuat.
Contoh suspensi oral:
Contoh suspensi oral:
- Antasida : Suspensi oral Alumina dan Mangnesida
(Aludrox Oral Suspension), Alumina dan Magnesium Trisilikat (Alma-Mag
liquid), Magaldrat (Riopan oral suspension) , Aluminia Magnesia dan
Kalsium karbonat(Camalox). Ini digunakan untuk bekerja melawan
hiperasiditas gastrik dan mengurangi tekanan pada saluran cerna bagian atas.
- Antelmintik : Suspensi oral pirantel Pamoat
(Antiminth oral 250 mg/5ml suspension), tiabendazol(Mintezol Oral 500 mg/5
ml). ini digunakan untuk membebaskan tubuh dari infeksi cacing .
- Antibakteri: Suspensi oral sulfametoksazol (Gantanol Suspension),
Sulfisoksazol Asetil (Gantrisin Syrup 500 mg/5 ml dan gantrisin Pediatric
Suspension). Obat ini digunakan untu pengobatan infeksi saluran urin dan
dapat menghambta sintesis asam folat serta garm para amino benzoat dari
bakteri.
07.50
|
Label:
farmasetika
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pages
Diberdayakan oleh Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
Archives
-
▼
2015
(41)
-
▼
Mei
(26)
- DIFERENSIASI DAN PROLIFERASI SEL
- Macam-macam Kelainan dan Gangguan Sistem Saraf
- Kelemahan dan kelainan Neuromuskular
- HEPATITIS, GEJALA DAN PENYEMBUHANNYA
- PENYAKIT GASTROINTESTINAL TRACT GANGGUAN SISTEM PE...
- Pengaruh Konstanta Dielektrika terhadap Stabilitas...
- Kinetika dan stabilitas obat
- Kelarutan
- Suppositoria
- sediaan sirup
- Sediaan Larutan
- EMULSI DAN SUSPENSI
- Metabolit sekunder dan primer
- RESPIRASI Pada TUMBUHAN
- Fotosintesis
- Metabolime sel dan Peranan enzim
- Klasifikasi Jaringan Tumbuhan
- PENGATURAN TEKANAN OSMOSIS SEL, ENDOSITOSIS DAN EK...
- proses biologi lanjutan
- SISTEM TRANSPORT LANJUTAN
- TRANSKRIPSI, TRANSLASI & PEMATANGAN RNA
- Genome, gen, dan mekanisme epigenetik metilasi his...
- GENETIKA MIKROBA Plasmid Dan Fungsinya Dalam Rekay...
- revisi jurnal
- kandungan klorida menggunakan titrasi argentometri
- asidi alkalimetri
-
▼
Mei
(26)
Perfil
- Unknown
Archives
-
▼
2015
(41)
-
▼
Mei
(26)
- DIFERENSIASI DAN PROLIFERASI SEL
- Macam-macam Kelainan dan Gangguan Sistem Saraf
- Kelemahan dan kelainan Neuromuskular
- HEPATITIS, GEJALA DAN PENYEMBUHANNYA
- PENYAKIT GASTROINTESTINAL TRACT GANGGUAN SISTEM PE...
- Pengaruh Konstanta Dielektrika terhadap Stabilitas...
- Kinetika dan stabilitas obat
- Kelarutan
- Suppositoria
- sediaan sirup
- Sediaan Larutan
- EMULSI DAN SUSPENSI
- Metabolit sekunder dan primer
- RESPIRASI Pada TUMBUHAN
- Fotosintesis
- Metabolime sel dan Peranan enzim
- Klasifikasi Jaringan Tumbuhan
- PENGATURAN TEKANAN OSMOSIS SEL, ENDOSITOSIS DAN EK...
- proses biologi lanjutan
- SISTEM TRANSPORT LANJUTAN
- TRANSKRIPSI, TRANSLASI & PEMATANGAN RNA
- Genome, gen, dan mekanisme epigenetik metilasi his...
- GENETIKA MIKROBA Plasmid Dan Fungsinya Dalam Rekay...
- revisi jurnal
- kandungan klorida menggunakan titrasi argentometri
- asidi alkalimetri
-
▼
Mei
(26)
0 komentar:
Posting Komentar