asidi alkalimetri

PERCOBAAN 1
PENENTUAN KADAR ASAM 
MENGUNAKAN TITRASI ASIDI ALKALIMETRI

I.                   Tujuan
1.      Mahasiswa dapat membuat larutan standar sekunder NaOH 0,1 M dan standar primer H2C2O4 dengan tepat
2.      Mahasiswa dapat melakukan standarisasi larutan NaOH 0,1 M
3.      Mahasiswa dapat untuk menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan menggunakan larutan standar NaOH 0,1 M

II.                Dasar Teori
Asidi diambil dari kata (Acid) yaitu asam dimana asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion hidrogen (H+) jika dilarutkan kedalam air, sedangkan Alkali adalah istilah basa dimana berasal dari bahasa arab yang berarti abu dimana basa adalah zat yang dapat menghasilkan ion hidroksida (OH-) jika dilarutkan kedalam air (Priscilla,2007)
Analisis Volumetri atau Analisis Titimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menetapakan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat. Yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan bobot zatnya,dihitung dari volume larutan standar yang digunakan dan hukum-hukum stoikiometri yang diketahui (Didik,dkk,2009)
Untuk digunakan dalam analisis titimetri, suatu reaksi harus memenuhi kondisi-kondisi berikut (Didik,dkk,2009)
1.      Adanya reaksi yang sederhana
2.      Reaksi berlangsung secara sekejap
3.      Adanya perubahan mencolok dalam energi bebas
4.      Adanya indikator
Indikator asam-basa merupakan zat yang dapat menunjukkan warna yang berbeda dalam larutan yang bersifat asam dan basa dimana indikator juga digunakan untuk mengukur pH suatu larutan dimana indikator PP (Fenolftalein) digunakan pada titrasi dengan pH 8,0 -9,5 dengan perubahan warna tidak berwarna-merahmuda. (Priscilla,2007)
Analisis volumetri dibedakan dalam empat kategori proses (Didik,dkk,2009)
1.      Reaksi netralisasi, merupakan titrasi asam-basa melibatkan penggabungan ion-ion hidrogen dengan hidroksida membentuk air, diantaranya adalah asidimetri dan alkalimetri
2.      Reaksi pembentukan senyawa kompleks, merupakan reaksi ion-ion (selain ion hidrogen dan hidroksida)membentuk suatu ion atau senyawa larut,kurang terdisosiasi
3.      Reaksi pengendapan, merupakan reaksi ion-ion membentuk endapan
4.      Reaksi reduksi dan oksidasi, melibatkan perubahan bilangan oksidasi atau transfer elektron diantara zat-zat bereaksi
Dimana Asidimetri adalah suatu analisis secara volumetrik kadar suatu asam dalam suatu larutan, dimana larutan standar (suatu asam) diteteskan, melalui buret kedalam larutan basa bebas dan larutan garam terhidrolisa dari asam lemah dengan menggunakan indikator, analisis sebaliknya disebut alkalimetri,dimana larutan basa yang ditambahkan kedalam larutan asam (Fatih,2008)
Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu larutan, dimana dalam titrasi, zat yang akan ditentukan konsentrasinya dititrasi oleh larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat disertai tambahan indikator (Agnestia,2014)
Titrasi Asam-Basa adalah proses penetapan kadar suatu larutan basa dengan larutan standar asam yang diketahui molaritasnya, atau sebaliknya.
Pada titrasi asam-basa dikenal, (Priscilla,2007)
1.      Titik Ekivalen adalah suatu keadaan pada saat asam dan basa tepat bereaksi.
2.      Titik Akhir Titrasi adalah suatu keadaan dimana titrasi harus dihentikan tepat pada saat indikator asam-basa menunjukkan perubahan warna
Larutan standar merupakan larutan yangmengandung sejumlah berat tertentu reagen dalam volume tertentu, diaplikasikan sebagai molaritas (jumlah mol perliter) atau normalitas (jumlah ekivalen perliter) yang ditentukan sesuai IUPAC (Didik,dkk,2009)
Larutan standar terdiri dari dua macam (Maryani,2012):
1.      Larutan standar Primer, yaitu larutan yang konsentrasi kuantitatifnya melalui pembuatan secara langsung dimana berfungsi untuk membakukan atau untuk memastikan konsentrasi larutan tertentu
Dengan syarat sebagai berikut,
a.       Kemurniannya tinggi (pengotornya tidak melebihi 0,02%)
b.      Stabil (tidak menyerap H2O dan CO2,tidak bereaksi dengan udara,tidak mudah menguap,tidak terurai, dan tidak berubah bobotnya saat pengeringan)
c.       Memiliki bobot molekul (BM/Mr) atau bobot ekuivalen (BE) tinggi
d.      Larutannya bersifat stabil
e.       Murah dan mudah didapatkan
2.      Larutan standar Sekunder, yaitu larutan yang konsentrasinya ditetapkan menggunakan larutan baku primer


III.             Alat
1.      Gelas ukur 25 ml
2.      Labu takar 100 ml
3.      Erlenmeyer
4.      Pipet tetes
5.      Buret
6.      Labu takar 250 ml
7.      Gelas arloji
8.      Botol semprot
9.      Botol gelap
10.  Corong
11.  Pengaduk gelas
12.  Kaki tiga
13.  Asbes
14.  Sikat gelas besar
15.  Sikat gelas kecil

IV.             Bahan
1.      NaOH 0,1M
2.      Indikator fenolftalein
3.      Aquades
4.      H2C2O4 (asam oksalat)
5.      Asam cuka perdagangan








V.                Prosedur Kerja

Pembuatan Larutan Standar NaOH 0,1M
0,4 g NaOH

Dilarutkan dengan ±25 ml aquades
Ditera hingga volumenya 100 ml
Didiamkan semalam dalam botol gelap
Larutan  NaOH 0,1M

 




















0,63 g H2C2O4

Pembuatan Larutan H2C2O4 (asam oksalat)

Dilarutkan dengan ±25 ml aquades
Ditera hingga volumenya 100 ml
Larutan  H2C2O4.2H2O

 









Standarisasi larutan NaOH dengan H2C2O4.2H2O (asam oksalat)
Larutan  H2C2O4.2H2O
10ml

Ditambah 1-2 tetes indikator fenolftalein (PP)
Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M
Perubahan Warna (titik akhir titrasi)

 











Pembuatan larutan asam cuka
Asam cuka 10 ml

Dilarutkan dengan 90 ml aquades
Larutan asam cuka 100 ml

 










Penetapan kadar Asam Asetat pada cuka dengan larutan standar asam oksalat
Larutan asam cuka 10 ml

Ditambah 2-3 tetes indikator fenolftalein (PP)
Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M
Perubahan Warna (titik akhir titrasi)

 











VI.             Data Pengamatan
Pembuatan Larutan Standar NaOH 0,1 M
Massa kristal NaOH: 0,4 g / 400mg
Volume larutan: 100ml

Standarisasi larutan NaOH dengan H2C2O4.2H2O (asam oksalat)
V H2C2O4.H2O
V fenolftalein (PP)
V NaOH
Pengamatan
10 ml
6 tetes
10,5 ml
Merah muda Pekat
10 ml
4 tetes
11 ml
Merah muda Pekat
10 ml
4 tetes
9ml
Merah muda Pudar

Penetapan kadar Asam Asetat pada cuka
V larutan cuka
V fenollftalein (PP)
V NaOH
Pengamatan
10 ml
4 tetes
32,5 ml
Merah muda pudar
10 ml
4 tetes
27,5 ml
Merah muda agak pekat
10 ml
4 tetes
22,8 ml
Merah muda pudar

VII.          Analisis data
Membuat larutan standar NaOH 0,1M
Untuk membuat larutan NaOH, dihitung dengan rumus:



Membuat larutan standar H2C2O4 0,1 M
Untuk membuat larutan H2C2O4, dihitung dengan rumus:

Standarisasi NaOH dengan H2C2O4.2H2O (asam oksalat)
Persamaan reaksi:
 H2C2O4 + 2 NaOH à Na2C2O4 + 2H2O
1 grammol NaOH = 2 grammol H2C2O4
Perhitungan:
Mr H2C2O4 = 126 g/mol
Massa H2C2O4 = 0,63 gram
M H2C2O4 = 0,05 M
V H2C2O4 = 10 ml
V NaOH rata-rata =
Titrasi 1
Molaritas NaOH = MNaOH

Titrasi 2
Titrasi 3


Penetapan kadar asam asetat pada cuka dengan larutan standar asam asetat
Reaksi : NaOH + CH3COOH à CH3COONa + H2O
Konsentrasi asam cuka perdagangan:
Molaritas NaOH (hasil standarisasi) : 0,099 M
Volume titrasi rata-rata:
Titrasi 1
Titrasi 2
Titrasi 3



Kadar asam cuka perdagangan:

VIII.       Pembahasan
Pada percobaan kali ini praktikan diajarkan dengan metode analisis volumetri diamana praktikan menggunakan larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya untuk memastikan konsentrasi larutan yang belum diketahui, yang mana salah satunya adalah titrasi asidimetri dan titrasi alkalimetri
Titrasi kali ini mengunakan metode asidimetri-alkalimetri, dimana pada percobaan pertama menggunakan metode asidimetri karena larutan standar sekunder menggunakan NaOH yang merupakan komponen basa distandarisasi dengan asam oksalat merupakan komponen asam yang telah diketahui molaritasnya sebagai larutan primer, sedangkan pada percobaan kedua menggunakan metode alkalimetri karena praktikan menentukan kadar asam asetat pada cuka dengan larutan  basa NaOH yang telah distandarisasi.
Menggunakan larutan standar NaOH sebagai larutan sekuder karena larutan NaOH bersifat higroskopis dan tidak stabil, sedangkan syarat senyawa standar primer, adalah kemurnian 100%, bersifat stabil baik pada suhu kamar dan suhu pemanasan, danmudah didapatkan maka dari itu larutan NaOH perlu distandarisasi terlebih dahulu oleh asam oksalat yang sudah diketahui molaritas dan tingkat konsentrasinya.
Pembuatan larutan standar NaOH harus menggunakan air bebas CO2 yaitu air yang didihkan dengan erlenmeyer tertutup agar larutan tersebut tidak membentuk endapan sehingga tidak menyulitkan proses akhir titrasi, untuk membuktikan tingkat kemurniannya dengan adanya endapan pada larutan NaOH atau tidak pada maka larutan didiamkan semalam dalam botol gelap, sehingga dapat di standarisasi menggunakan asam oksalat.
Untuk menentukan kadar asam asetat pada cuka praktikan akan menstandarisasi larutan sekunder NaOH terlebih dahulu, dengan menggunakan asam oksalat (H2C2O4) sehingga dapat ditemukannya molaritas pada larutan NaOH untuk dibandingkan dalam penentuan kadar asam asetat pada cuka .
Pada saat titrasi praktikan membutuhkan indikator untuk menentukan titik akhirnya, dengan menggunakan indikator fenolftalein atau indikator PP, dipilihnya indikator fenolftalein dengan trayek pH 8,0-9,5 karena tidak akan terjadinya perubahan warna saat tingkat pH tersebut masih dibawah 8,0 dan akan berubah menjadi merah muda saat pH tepat pada 8,0 hingga 9,5.
Pada reaksi ini kesetimbangan terjadi pada saat larutan asam oksalat berubah dari tidak berwarna menjadi merah muda dimana pada keadaan tersebut terjadi reaksi sebagai berikut, H2C2O4 + 2 NaOH à Na2C2O4 + 2H2O, dengan bertambahnya ion H+ dan konsentrasinya meningkat, dengan hasil percobaan 10,5 ml NaOH pada titrasi pertama dan 11 ml NaOH pada titrasi kedua dan 9 ml pada titrasi ketiga dengan hasil molaritas pada NaOH 0,099M
Percobaan kedua yaitu penetapan kadar asam dengan menggunakan titrasi alkalimetri karena menggunakn NaOH yang telah distandarisasi sebagai bahan baku primer untuk menentukan kadar asam asetat pada larutan cuka tersebut, sebelum larutan cuka tersebut dititrasi, larutan di encerkan terlebih dahulu agar tidak terlalu pekat saat dititrasi, dengan konsep titrasi yang sama dan penggunaan indikator fenolftalein (PP) yang akan menimbulkan reaksi NaOH + CH3COOH à CH3COONa + H2O.
Dengan hasil percobaan 32,5 ml NaOH pada titrasi pertama 27,5 ml NaOH pada titrasi kedua dan 22,8 ml NaOH pada titrasi ketiga dengan nilai molaritas asam cuka 0,273 M dan kadar asam asetat dalam cuka 16,3%

IX.             Kesimpulan
1.      Larutan standar sekunder NaOH 0,1 M dapat dibuat dengan menimbang 0,4 g NaOH yang dilarutkan dalam 100 ml air sedangkan larutan primer H2C2O4(asam oksalat) dapat dibuat dengan menimbang 0,63 g H2C2O4(asam oksalat) yang dilarutkan dalam 100 ml air
2.      Konsentrasi larutan NaOH yang telah distandarisasi dengan larutan standar H2C2O4(asam oksalat) adalah 0,099 M
3.      Kandungan asam asetat pada cuka perdagangan yang digunakan dengan titrasi alkalimetri  dengan NaOH sebagai larutan primer adalah 16,3 %









Daftar Pustaka
Retnowati,Priscilla,2007,Seribu Pena Kimia untuk SMA/MA kelas XI ,Penerbit Erlangga, Jakarta
Maryani,2012,Modul Menerapkan Dasar-Dasar Kerja di Laboratorium Resep dan Kimia,Penerbit Erlangga, Jakarta.
Fatih,Ahmad,2008, Kamus Lengkap Kimia,Panji Pustaka,Yogyakarta.
Agnestia,Meta Indah,2014,Intisari Kimia SMA/MA,Ed.1,CV Pustaka Setia,Bandung,Jawa Barat
Setyo,Didi.,Hastuti,Rum.,Gunawan.,2009,Buku Ajar Analisis Kuantitatif , Universitas Diponegoro,Semarang.


Dibuat oleh
Praktikan,



(Wafa Aufia)
Gontor Putri 1, 14 Mei 2015
Disetujui oleh
Dosen Pengampu,



(Himyatul Hidayah,S.Si,Apt)
Diperiksa oleh
Asisten,



(                                    )
 





0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Perfil