Suspensi dan Emulsi
SUSPENSI
· Suspensi adalah sediaan yang mengandung
bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdipersi dalam cairan
pembawa. Nama lain suspensi yaitu : mikstur kocok / mixturae Agitandae.
· Jenis-jenis suspensi : suspensi oral,
suspensi topikal, suspensi tetes telinga, suspensi optamik, suspensi untuk
injeksi, suspensi untuk injeksi terkonstitusi.
· Kegunaan suspensi dalam farmasi :
-
Intramuskuler
injeksion misalnya suspensi penicillin G
-
Tetes
mata misalnya suspensi hydrokortisone
-
Per
oral misalnya suspensi sulfa/kemicetine
-
Rektal
misalnya suspensi para nitro sulphathiazole
·
Kelebihan
suspensi :
-
Baik
untuk pasien yg sulit menelan
-
Mudah
diabsorpsi
-
Homogenitas
tinggi
-
Rasanya
lebih baik
-
Mengurangi
penguraian zat aktif
·
Kekurangan
suspensi :
-
Kestabilan
rendah (pembentukan kristal)
-
Terbentuk
‘cacking’
-
Alirannya
lebih susah dituang dibandingkan sediaan larutan biasa
-
Ketepatan
dosis rendah dibandingkan larutan
-
Sering
terjadi perubahan sistem dispersi karena perubahan suhu
-
Hars
dikocok terlebih dahulu
·
Ketentuan
sediaan suspensi :
-
Suspensi
obat suntik harus steril, mudah disuntikkan dan tidak menyumbat jarum suntik.
-
Suspensi
obat mata harus steril dan zat yang terdispersi harus sangat halus
-
Untuk
dosis ganda harus mengandung bakterisida
-
Pada
etiket tertera: ‘kocok dahulu’, dan disimpan dalam wadah tertutup baik dan
disimpan ditempat sejuk.
-
Tidak
boleh diinjeksikan secara intravena dan intratekal
·
Syarat-syarat
zat terdispersi :
-
Harus
halus
-
Tidak
boleh cepat mengendap
-
Bila
dikocok segera terdispersi kembali
-
Kekentalannya
harus menjamin sediaan mudah dikocok
Stabilitas
suspensi
1.
Ukuran partikel
-
Makin
kecik ukuran partikel, makin besar luas penampangnya, daya tekan ke atas
semakin besar akan memperlambat gerakan partikel untuk mengendap.
-
Makin
besar ukuran partikel, makin kecil luas penampangnya, daya tekan keatas semakin
kecil akan mempercepat gerakan partikel untuk mengendap.
-
Jadi
untuk memperlambat laju pengendapan, dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran
partikel dengan menggunakan mixer, homogenizer, colloid mill, dan mortir.
2.
Kekentalan (viskositas)
Dengan
menambah kekentalan (viskositas) cairan, gerakan turun partikel yang
dikandungnya akan diperlambat (laju pengendapan diperlambat), sehingga suspensi
tetap stabil. Tapi kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudah dikocok dan dituang.
3.
Jumlah partikel (konsentrasi)
Jika
didalam suatu ruangan terdapat patikel dalam jumlah besar, maka partikel akan
sulit melakukan gerakan bebas karena sering terjadi benturan antara partikel
tersebut, benturan ini akan mengakibatkan terbentuknya endapan zat tersebut. Semakin besar konsentrasi partikel,
semakin besar pula kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu cepat.
4.
Sifat atau muatan partikel tersuspensi
Suatususpensikemungkinanbesarterdiridaricampuranbahan
yang sifatnyatidakselalusama. Makaadakemungkinanterjadiinteraksiantarbahan yang
menghasilkanbahan yang
sukarlarutdalamcairantersebut.Sifatdanmuatanpartikelmerupakanbawaanalam yang
tidakdapatdiubah.Sehingga yang
dapatkitalakukanadalahdenganmenyesuaikanukuranpartikeldanmengubahviskositassediaan.
5.
Flokusai dan deflokulasi
Ketidakstabilan
suatu suspensi menyebabkan suspensi dapat mengalami pengendapan dan
penggumpalan partikel. Tipe pengendapan yang dapat terjadi adalah flokulasi dan
deflokulasi.
·
KANDUNGAN SUSPENSI
a.
bahan
aktif / terdspersi à tidak larut dalam pelarut yang tersedia
b.
bahan
pensuspensi à menaikkan kekentalan agar zat terdipersi
tidak cepat larut. Bahan pengantal yang biasa digunakan misalnya pulvis
gummosus. Biasanya diatur (Untuk obat
berkhasiat keras disuspensi dengan Pulvis Gummosus sebanyak 2 % dari jumlah
cairan obat minum.Untuk obat tidak berkhasiat keras disuspensi dengan Pulvis
Gummosus sebanyak 1 % dari jumlah cairan obat minum)
Suspending
agent
Suspending agent dari alam
|
Suspending
agent sintesis
|
Acasia
|
Metil selluolas
|
Chondrus
|
Karboksimetilselulosa
|
Tragakan
|
Hidroksimetilselulosa
|
Algin
|
Carbophol 934
|
Bentonit
|
|
veegum
|
|
c. surfaktan
(wetting agent) àPenggunaan surfaktan diperlukan untuk
menurunkan tegangan antar muka antara partikel padat dan cairan pembawa,
menurunkan sudut kontak dan pembasahan akan dipermudah. Contoh surfaktan yang
sering digunakan: gliserin, propilenglikol,koloid gom.
d.
Pemanis àkarena
sediaan ini untuk diminum, maka diperlukan pemberi rasa enak atau pemanis.
Biasanya digunakan sirup simpleks.
e. Antibakteri
àUntuk sediaan dosis ganda hususnya untuk
sediaan tetes mata. Yang umumdigunakanbutil, etil, ataupropilparabenzoat, nipagin, nipasol
·
Cara mengerjakan obat dalam suspensi :
a. Metodedispersi
Metodeinidilakukandengancaramenambahkanserbukbahanobatkedalammucilago
yang telahterbentuk, kemudianbarudiencerkan.
b. MetodePresipitasi
Zat yang
akandidispersikandibasahkandahulukedalampelarutorganik yang
hendakdicampurdengan air. Setelahlarutdalampelarutorganik,
larutanzatinikemudiandiencerkandenganlarutanpensuspensidalam air.
c. Cairanorganik :etanol, propilenglikol, polietilenglikol.
Contoh resep suspensi
R/ Solut.
Gummosi 4 % 90
Iodoformi 3
Chlorali Hydras 7
m.f.clysma
Penyiapan:
Buat solut.Gummosi 4 % yaitu 4 gr
Pulvis Gummosus dalam 100 ml air.
Iodoformi 3 gr digerus dengan
sedikit air sampai halus
Campur kedua bahan diatas dan
digerus.
Tambahkan Chlorali Hydras.
SEDIAAN CAIR
·
Larutan
oral yaitu berupa elixir, linktus, syrup, mikstura, spirit, pediatrik drop,
gargles dan mouth washes, enemas and douches, external solution (lotion &
liniments).
·
Sediaan
larut adalah sediaan cair yg mengandung satu atau lebi bahan obat yg terlarut
didalamnya. Pada umumnya pelarut yg digunakan adalah air, karena tidak toksik,
tidak mengiritasi, tidak berasa, murah dan obat pd umumnya adalah larut air.
·
Keuntungan
sediaan larutan :
-
Absorpsinya
lebih cepat
-
Konsentrasinya
tetap untuk setiap unit dosis
-
Dapat
didisain untuk berbagai rute pemberian dan absorpsi (sediaan parentheral
(injeksi), enema (melalui dubur), tetes mata, topikal (kulit)).
-
Tidak
perlu dikocok terlebih dahulu
-
Lebih
mudah ditelan.
·
Kekurangan
sediaan larutan :
-
Stabilitas obat
terkadang menurun
karena adanya
reaksi solvolisis, hidrolisis atau
oksidasi.
-
Terkadang susah
untuk menutupi rasa meskipun sudah
ditambahkan dengan
perasa.
-
Susah dibawa-bawa dan
mudah pecah.
-
Diperlukan ketepatan volume pemberian agar tidak ada
kesalahan dosis.
-
Beberapa obat
susah larut
-
Memerlukan sendok
takar
·
Prinsip
umum dalam pembuatan sediaan larutan yaitu :
a.
kelarutan
-
Apakah semua
bahan bias
larut sempurna
dalam sediaan?
-
Berapa banyak
obat akan
terlarut?
-
Berapa lama obat akan
terlarut sempurna?
-
Setelah larut, akankah obatnya
tetap dalam
larutan dan
untuk berapa lama?
-
Beberapa hal yang bias
membantu kelarutan: ukuran partikel, pengadukan, viskositas rendah, pemanasan.
b.
Stabilitas
-
Apakah obat
atau semua
komponen dalam
larutan stabil
dengan pemanasan?
-
Apakah cukup
stabil secara
kimia?
-
Apakah stabil
selama penyimpanan?
-
Apakah stabil
terhadap mikroba?
-
Apakah perlu
pengawet?
·
Perhatian
khusus dalam pembuatan sediaan larutan yaitu :
-
Bahan obat
dan bahan
lain dilarutkan
terlebih dahulu
sebelum penaik
viskositas ditambahkan.
-
Larutkan
semua bahan dalam bentuk garamnya dalam sedikit air sebelum ditambahkan komponen
pelarut yang lain jika ada.
-
Dalam larutan yang kompleks, larutkan bahan yang larut air dalam pelarut air sedang bahan
organic dilarutkan
dalam pelarut
organik.
-
Larutan air
dicampurkan kedalam larutan
organic secara
perlahan sambil
diaduk.
·
Larutan oral :
1.
Eliksir
Eliksir
adalah sediaan cair oral yang mengandung konsentrasi gula yang tinggi dan pelarut
bukan air (alkohol, glycerin atau propylenglikol) dalam jumlah yang hampir sebanding
dengan pelarut air atau ditambahkan bahan penambah kelarutan.
2. Linktus
Sediaan
cair oral yang ditujukan untuk kegunaan sebagai espektoran atau obat tidur atau
obat batuk. Sediaan ini diharapkan mengalir perlahan di tenggorokan untuk mengencerkan
dahak karena itu sediaannya perlu agak kental dan mengandung pemanis.
3.
Syrup
Sediaan
cair oral konsentrat yang kental mengandung satu atau lebih pemanis
4.
Mikstura
Sediaan
cair yg simpel yg ditujukan kegunaan oral, mengandung satu atau lebih obat yg
terlarut.
5.
Spiritus
Adalah larutan yang mengandung satu
atau lebih
bahan obat yang terlarut dalam
etanol absolute
atau dalam
etanol encer.
6.
Pediatrik drops
Sediaan
cair oral yang
ditujukan unutk pasien
anak atau
untuk pasien yang susah menelan. Formulasinya di
disain dengan volume dosis yang kecil yang diberikan dengan
alat tetes
terukur.
7.
Gargle dan obat kumur
Larutan aquades yang ditujukan untuk pengobatan
tenggorokan (gargle) dan mulut (kumur) dan umumnya diformulasikan dalam bentuk konsentrat.
Karena itu perlu ditambahkan air terlebih dahulu dan perlu perhatian apakah obatnya
bisa ditelan atau tidak.
8.
Enema dan douches
Sediaan
cair yang umumnya diformulasikan sebagai larutan (meskipun bisa juga dibuat dalam
bentuk emulsi atau suspensi) yang ditujukan untuk dimasukkan dalam dubur
(enema) atau lubang tubuh lainnya seperti vagina atau hidung (douch).Volume
yang digunakan bervariasi dari 5 ml sehingga volume besar.
·
Larutan eksternal :
1.
Lotion
Lotion
adalah larutan meskipun mungkin juga berupa suspensi atau emulsi, yang
ditujukan untuk digunakan pada kulit.
2.
Liniment
Sediaan
cair yang ditujukan untuk disapukan kekulit atau untuk massa jpada kulit untuk mendapatkan
efek analgesik atau efek stimulasi. Pada umumnya larutan berupa minyak, alkohol
atau sabun dan biasanya diformulasikan dalam bentuk emulsi.
·
Labeling :
-
Untuk gargle dan obat
kumur, beri
label: Jangan Ditelan atau
Jangan Ditelan
dalam Jumlah
Banyak.
-
Untuk inhalasi
atau tetes
hidung:
‘Jangan Ditelan’
-
Enema: Untuk Digunakan di DuburSaja
-
Untuk Semua
Sediaan Luar: Untuk
Kegunaan Luar
Saja.
SEDIAAN
EMULSI
Emulsi adalah suatu sistem yang tidak
stabil secara termodinamika yang mengandung paling sedikit dua fase cair yang
tidak bercampur, satu diantaranya didispersikan sebagai globul dalam fase cair
lain. Sistem ini dibuat stabil dengan bantuan suatu zat pengemulsi atau
emulgator (Martin, 1993).
Pada emulsi farmasetik, fasa yang
digunakan biasanya air dan fasa yang lainnya adalah minyak, lemak, atau zat-zat
seperti lilin
(Lund, 1994).
·
Memiliki
sistem dua fase cairan :
a.
Fase
terdispersi/ fasa dikonstinu/ fasa diam
b.
Fasa
pendispersi/ fasa eksternal/ fasa kontinu/ fasa bergerak
-
Makro
emulsi ( susu sapi, santan kelapa, lateks, kuning telur) :
ü Ukuran globula 0,10-0,15 m
ü Tampak berwarna opaque dan keruh
ü Kurang stabil
-
Mikro
emulsi ( colloid mill) :
ü
Transparan
ü
Relatif
lebih stabil
Orientasi molekuler emulsifier
·
Tujuan
pembuatan emulsi adalah untuk Membuat sediaan obat yang larut dalam air maupun
minyak dalam satu campuran.
·
Emulsi
berdasar penggunaannya:
a. Emulsi untuk pemakaian dalam
(peroral), biasanya emulsi type o/w
b. Emulsi untuk pemakaian luar, biasanya
type o/w atau w/o
·
Keuntungan
sediaan emulsi :
-
Dapat
membentuk sediaan yang saling tidak tercampur menjadi bersatu membentuk sediaan yang homogen dan stabil.
-
Bagi orang yang susah menelan tablet dapat
menggunakan sediaan emulsi
-
Dapat
menutupi rasa tidak enak obat dalam bentuk cair.
-
Ukuran
partikel minyak yang diperkecil lebih mudah dicerna dan dapat mempermudah
absorbsi
-
Viskositas,
penampilan dan banyaknya lemak dari emulsi kosmetik bisa di kontrol.
-
Aksi
dapat diperpanjang dan efek emolient lebih besar
·
Kekurangan
sediaan emulsi :
-
Pembuatan
sediaan emulsi lebih susah daripada sediaan tablet.
-
Sediaan
emulsi mempunyai stabilitas yang rendah daripada sediaan tablet, karena cairan
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri.
-
takaran dosis sediaan emulsi kurang teliti.
·
Type
emulsi :
a.
Emulsi
minyak dalam air (M/A)
Adalah
sistem dengan fasa terdispersinya (fasa diskontinu) adalah minyak dan fasa
pendispersinya (fasa kontinu) adalah air. Contoh : susu, lateks, mayonaise, es
krim, santan, lotion, salad dressing, cat.
b.
Amulsi
air dalam minyak
Emulsi
air dalam minyak (A/M) adalah emulsi dengan air sebagai fasa terdispersi dan
minyak sebagai fasa pendispersinya. Contohnya : mentega, shortening, cream,
selai kacang, semir, margarin, lipstik, coklat batangan, sabun padat.
·
Metode
pembuatan emulsi :
1. Metode gom keringdisebut pula metode
continental dan metode 4;2;1.
-
Emulsi
dibuat dengan jumlah 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian emulgator.
-
Pertama-tama
gom didispersikan kedalam minyak, lalu ditambahkan air sebagian dan diaduk
/digerus dengan cepat dan searah hingga terbentuk korpus emulsi. Setelah
terbentuk korpus emulsi kemudian sisa air ditambahkan sedikit demi sedikit
hingga habis sambil diaduk.
2. Metode gom basah disebut pula sebagai
metode Inggris
-
cocok
untuk penyiapan emulsi dengan mucilago atau melarutkan gum sebagai emulgator,
dan menggunakan perbandingan 4;2;1 sama seperti metode gom kering.
-
Metode
ini dipilih jika emulgator yang digunakan harus dilarutkan/didispersikan
terlebuh dahulu kedalam air misalnya metilselulosa.
-
1
bagian gom ditambahkan 2 bagian air lalu diaduk, dan minyak ditambahkan sedikit
demi sedikit sambil terus diaduk dengan cepat.
3. Metode botol disebut pula metode
Forbes.
-
Metode
ini digunakan untuk emulsi dari bahan-bahan menguap dan minyak-minyak dengan
kekentalan yang
-
Emulsi
dibuat dengan pengocokan kuat dan kemudian diencerkan dengan fase luar.
-
Dalam
botol kering, emulgator yang digunakan ¼ dari jumlah minyak. Ditambahkan dua
bagian air lalu dikocok kuat-kuat, suatu volume air yang sama banyak dengan
minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus dikocok, setelah emulsi
utama terbentuk, dapat diencerkan dengan air sampai volume yang tepat.
·
Metode
untuk membedakan antara emulsi o/w dan emulsi w/o :
1. Penampakan visual
-
Emulsi o/w biasanya berwarna putih dan agak creamy
-
Emulsi w/o bewarna lebih gelap dan menunjukkan tekstur minyak
2. Metode Dilusi
Meneteskan emulsi dalam permukaan air dan minyak
-
Emulsi o/w jika penyebarannya sempurna
-
Emulsi w/o jika tidak terjadi perubahan dan tetesan emulsi tadi mengapung di permukaan air
3. MetodePewarnaan
Dapat digunakan dua jenis zat warna berdasarkan sifat kelarutannya yakni yang larut dalam air dan yang larut dalam minyak
ü Jika yang digunakan zat warna yang larut dalam air
- Emulsi tipe o/w jika antara emulsi dan zat warna dapat tercampur dengan merata
- Emulsitipe w/o jika antara emulsi dan zat warna tidak dapat tercampur rata
ü Jika zat warna yang digunakan zat warna yang larut dalam minyak
- Emulsi yang dapat tercampur merata adalah tipe w/o
- Emulsi
yang tidak dapat tercampur merata adalah tipe o/w
4. metode penyerapan :
- Digunakan kertas filter yang berdasarkan sifat kapilaritas air yang lebih tinggi dari pada minyak, misal CoCl2
-
Benda dengan permukaan licin dapat digunakan dengan mengamati kecepatan alir emulsinya
-
Jika tetesan emulsi ini tersebar berarti emulsi ini bertipe
o/w dan jika tidak tersebar merata berarti emulsinya bertipe w/o
4. Metode Konduktivitas
-
Dengan menggunakan dasar bahwa air memiliki resistensi
yang rendah dan konduktivitas yang tinggi, sehingga emulsi tipe o/w menunjukkan
nilai seperti di atas.
-
Untuk emulsi tipe w/o maka akan menunjukkan nilai resistensi tinggi dan konduktivitas yang lebih kecil.
5. Metode Flourensi Cahaya
-
Metode ini berdasarkan sifat cairan dalam memfluoresensi cahaya.
-
Minyak merupakan cairan yang mampu memfluoresensi cahaya lebih baik
dibandingkan dengan air sehingga emulsi w/o ditunjukkan apabila cahaya yang
dilalui pada emulsi dapat terflouresensi dengan jelas.
-
Kebalikannya, emulsi o/w jika cahaya tidak dapat terfluoresensi dengan jelas
·
Pemilihan
zat pengemulsi dalam suatu formulasi emulsi biasanya didasarkan pada
pertimbangan stabilitas selama penyimpanan, jenis emulsi yang akan dihasilkan,
dan harga zat pengemulsi tersebut dari segi ekonomisnya (Agoes, 1990).
·
Zat
pengemulsi :
1. Surfaktan
Senyawa
ini memiliki mekanisme kerja menurunkan tegangan antar muka minyak dan air
dengan membentuk lapisan film monomolekuler pada permukaan globul fase
terdispersi. Ada beberapa jenis surfaktan berdasarkan muatan ionnya, yaitu
surfaktan anionik, surfaktan kationik, dan surfaktan non ionik.
-
Surfaktan
anionik, contohnya Na-lauril sulfat, Na-oleat, dan Na-stearat.
-
Surfaktan
kationik contohnya Zehiran klorida dan setil trimetil amonium bromida.
-
Surfaktan
non ionik, contohnya Tween 80 dan Span 80.
2. Koloid Hidrofil
-
Zat
pengemulsi ini diadsorpsi pada antar muka minyak-air dan membentuk lapisan film
multimolekuler di sekeliling globul terdispersi.
-
Beberapa
contoh kelompok ini adalah protein, gom, amilum dan turunan dari zat sejenis
dekstrin, metil selulosa, dan beberapa polimer sintetik seperti polivinil
alkohol.
3.
Partikel
Padat Halus Tidak Larut
Zat pengemulsi ini akan teradsorpsi pada antar
muka minyak-air dan akan membentuk lapisan film mono dan multimolekuler oleh
adanya partikel halus yang teradsorpsi pada antar muka minyak-air. Contohnya
adalah bentonit dan veegum.
·
Ketidakstabilan
emulsi :
-
FlokulasiàPeristiwa terbentuknya kelompok-kelompok
globul yang posisinya tidak beraturan di dalam emulsi.
-
CreamingàMerupakan suatu peristiwa terjadinya
lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda di dalam emulsi.
-
KoalesenàPeristiwa terjadinya penggabungan
globul-globul menjadi lebih besar.
-
DemulsifikasiàTerjadi akibat proses lanjutan dari koalesen
-
Inversi
fasa àTerjadi bila emulsi yang semula merupakan
emulsi minyak dalam air berubah menjadi emulsi air dalam minyak.
·
Evaluasi
emulsi :
1. Pemeriksaan organoleptik
Dilakukan
dengan mengamati terjadinya pemisahan fasa atau pecahnya emulsi, bau tengik,
dan perubahan warna.
2. Penentuan tipe emulsi
Dilakukan
dengan 2 cara, yaitu uji kelarutan zat warna dan uji pengenceran (Martin, 1990)
-
Uji
kelarutan zat warna dilakukan dengan menggunakan zat warna larut air seperti
metilen biru atau biru brillian CFC yang diteteskan pada permukaan emulsi. Jika
zat warna terlarut dan berdifusi homogen pada fase eksternal yang berupa air,
maka tipe emulsi adalah M/A. Jika zat warna tampak sebagai tetesan di fase
internal, maka tipe emulsi adalah A/M. Hal yang terjadi adalah sebaliknya jika
digunakan zat warna larut
-
minyak
(Sudan III).
-
Uji
pengenceran (Martin, 1990)dilakukan dengan cara mengencerkan emulsi dengan air.
Jika emulsi tercampur baikdengan air, maka tipe emulsi adalah M/A. Sebaliknya
jika air yang ditambahkan membentuk globul pada emulsi maka tipe emulsi adalah
A/M.
3. Freeze and thaw
-
Evaluasi
ini dapat juga dilakukan dengan menyimpan sediaan pada dua suhu yang berbeda
yaitu 4oC dan 40oC selama 6-8 siklus. Satu siklus terdiri
dari penyimpanan selama 48 jam pada suhu 4oC dan 48 jam pada suhu 40oC
-
Emulsi
harus tetap stabil tanpa adanya pemisahan pada suhu 45oC atau 50oC
selama 60 hingga 90 hari, pada suhu 37oC selama 5 hingga 6 bulan,
dan pada suhu kamar selama 12 hingga 18 bulan.
21.29
|
Label:
Teknologi Farmasi
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pages
Diberdayakan oleh Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
Archives
-
▼
2016
(12)
-
▼
Desember
(10)
- Farmakoterapi LES
- Suspensi dan Emulsi
- Bentuk Sediaan dan FORMULASI
- Preformulasi
- Rancangan Bentuk Sediaan Farmasetik
- Rancangan formulasi tablet hisap
- Rancangan Formulasi Tablet Effervessent
- FORMULASI SEDIAAN TABLET SALUT ENTERIK NATRIUM DIK...
- Rancangan sediaan Parasetamol
- RANCANGAN BENTUK SEDIAAN TABLET KUNYAH
-
▼
Desember
(10)
Perfil
- Unknown
Archives
-
▼
2016
(12)
-
▼
Desember
(10)
- Farmakoterapi LES
- Suspensi dan Emulsi
- Bentuk Sediaan dan FORMULASI
- Preformulasi
- Rancangan Bentuk Sediaan Farmasetik
- Rancangan formulasi tablet hisap
- Rancangan Formulasi Tablet Effervessent
- FORMULASI SEDIAAN TABLET SALUT ENTERIK NATRIUM DIK...
- Rancangan sediaan Parasetamol
- RANCANGAN BENTUK SEDIAAN TABLET KUNYAH
-
▼
Desember
(10)
0 komentar:
Posting Komentar