BIOFARMASI SEDIAAN OBAT YANG DIBERIKAN SECARA ORAL

BIOFARMASI SEDIAAN OBAT YANG DIBERIKAN SECARA ORAL
Faktor-Faktor Fisio-Patologi Penderita yang Mempengaruhi  Absorpsi Obat yang Diberikan per-Oral
Faktor-Faktor Fisiologik
  1. Luas area untuk absorpsi
  2. Umur penderita
  3. Sifat membran biologik
  4. Kecepatan transit obat di lambung dan usus
  5. Modifikasi pH dan formulasi obat
  6. Tegangan permukaan
  7. Viscositas
  8. Bahan-bahan normal dalam saluran cerna yang berpengaruh terhadap obat
a.       Mucin; »» pembentukan kompleks dengan streptomycin, dihidrostreptomycin, anticholinergik.
b.      Garam empedu; »» mempermudah absorpsi lemak yang tidak larut dalam air  (dengan pembentukan misella), sebaliknya memperlambat absorpsi dari nystatin, polymixin, tobocurarin.
c.       Ion-ion tertentu : Ca, Mg, Fe »» dapat membentuk ‘chelat’ dengan obat tertentu » obat tidak dapat diabsorpsi.
d.      Flora usus; Flora usus mengeluarkan enzim, misalnya penisilinase yang mengaktivasi zat aktif tertentu.
e.       Enzim-enzim
f.       Makanan .


Faktor-Faktor Patologik
          Gangguan Fungsi Sekresi
Sekresi normal dalam tubuh dapat dikacaukan oleh keadaan psikis penderita : sekresi distimulasi pada individu yang terangsang/marah; sebaliknya sekresi berkurang pada individu yang depresif.

          Gangguan Fungsi Transit
☻ Lamanya obat berada dalam lambung dipersingkat  dalam hal stenosis (penyempitan abnormal)  dari pylorus, tukak lambung dekat pylorus, diabetes, dan myxoedema (pembengkakan kelenjar tyroid).
☻ Sebaliknya, waktu keberadaan obat dalam lambung dipersingkat dalam hal tukak duodenal, keadaan stress.
☻ Lamanya atau cepatnya transit obat dalam saluran cerna juga banyak tergantung pada sistem simpatika-parasimpatika.
          Gangguan Fungsi Absorpsi
a.       Pengurangan area untuk absorpsi; misalnya terdapat lesi/luka.
b.      Modifikasi lingkungan intestinal; misalnya antibiotika spektrum luas dapat mengubah flora dalam usus halus.
c.       Tidak adanya molekul untuk transpor  obat, mengurangi absorpsi transport obat.
d.      Adanya hambatan, misalnya tumor  juga  dapat mempengaruhi absorpsi obat.
Interaksi Obat Pada Proses Absorpsi
A. Interaksi langsung
      Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam lumen saluran cerna sebelum absorpsi. Hal ini dapat mengganggu proses absorpsi. Interaksi ini dapat dihindarkan bila obat yang berinteraksi diberikan dengan jarak waktu minimal 2 jam.
B. Perubahan pH cairan saluran cerna
v  Cairan saluran cerna yang alkalis misalnya akibat antasid akan meningkatkan kelarutan obat bersifat asam yang sukar larut dalam cairan tersebut, misalnya aspirin.
v  Akan tetapi suasana alkalis di saluran cerna akan mengurangi kelarutan beberapa obat bersifat basa (misalnya tetrasiklin) dalam saluran cerna, dengan cara mengurangi absorbsinya.
v  Berkurangnya keasaman lambung akibat antasid akan mengurangi perusakan obat yang tidak tahan asam sehingga meningkatkan bioavailabilitasnya.

C. Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu   transit di dalam usus (Motilitas saluran cerna)
Ø  Usus halus adalah tempat absorbsi utama untuk semua obat termasuk obat yang bersifat asam. Oleh karena itu lebih cepat obat sampai di usus halus, maka makin cepat pula absorbsinya.
Ø  Dengan demikian, obat yang memperpendek waktu pengosongan lambung, misalnya metoklopropamid, akan mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan pada waktu yang sama.
Ø  Sebaliknya, obat yang memperpanjang waktu pengosongan lambung misalnya antikolinergik, antidepresi trisiklik, akan memperlambat absorbsi obat lain.
D. Perubahan Flora Usus
v  Pemberian antibakteri berspektrum luas (misalnya tetrasiklin, kloramfenikol, ampisilin, sulfonamid) akan mengubah/mensupresi flora normal usus
v  dengan akibat meningkatkan efektifitas antikoagulan oral (antagonis vitamin K) yang diberikan bersama, mengurangi efektivitas sulfasalazin, meningkatkan bioavilabilitas levodopa, dan mengurangi efektivitas kontrasepsi oral.
Memperpanjang Waktu Aksi Obat Dan Sediaan Oral Dengan Pelepasan Terkendali
MEMPERPANJANG WAKTU AKSI OBAT
 
Kurva konsentrasi dalam plasma yang diperoleh setelah pemberian dosis penjagaan D yang disertai dengan atau tidak disertai dosis tambahan D* dengan rentang T yang sama dengan waktu T1/2 biologik obat. Bila harga D*/D = 2, maka keseimbangan segera terjadi setelah pemberian dosis awal.
A. Sediaan dengan pelepasan atau aksi dipertahankan
Mula-mula melepaskan  zat aktif dalam jumlah cukup untuk mendapatkan ketersediaanhayati yang dikehandaki atau untuk mendapatkan efek farmakologi secepatnya, dan dapat menjaga aktivitasnya dalam waktu yang lebih lama dari bila obat diberikan dalam dosis tunggal.
Laju pelepasan zat aktif setelah pelepasan dosis awal sama dengan laju peniadaan atau inaktivasi zat aktif.
B. Sediaan dengan aksi diperpanjang
Sediaan yang memberikan ketersediaanhayati yang diingin-kan dengan jumlah zat aktif yang cukup, atau mungkin ber-lebih (tapi tdk berbahaya) dibandingkan jumlah yang diperlukan untuk mendapatkan aksi terapetik yang serupa pada pemberian dosis tunggal.
Laju pelepasan zat aktif akan meningkat (yang dapat diperkirakan) dan waktu aksinya lebih lama dibandingkan dengan dosis tunggal.

C. Sediaan dengan aksi berulang
Sediaan seperti penyediaan dosis tunggal, dan melepaskan dosis-dosis tunggal berikutnya dalam waktu tertentu setelah pemberian obat
Keuntungan Sediaan Dengan Pelepasan Terkendali
a)      Pengobatan berkesinambungan »» dapat dihindari pemakaian  pada malam hari.
b)      Pemasukan obat ke dalam tubuh terjadi secara tetap dan perlahan »» dapat dihindari terjadinya “puncak dan lembah” plasmatik yang dapat menggagalkan terapi.
c)      Pengurangan atau penekanan efek samping yang disebabkan oleh terjadinya pelepasan zat aktif pada dosis tinggi yang menyebabkan puncak plasmatik yang tinggi dan diikuti “lembah” plasmatik dengan efek terapetik yang tidak memadai.
d)      Efektifitas tinggi karena kadar efektif dalam darah bertahan lebih lama, terutama untuk zat aktif dengan t ½ biologik singkat (kurang dari 6 jam). »» menghemat obat.
e)      Obat yang diserap dengan proses penjenuhan (misalnya tiamin) akan diserap lebih efektif bila diberikan sebagai sediaan dengan pelepasan perlahan daripada pelepasan obat.
Kerugian pemberian sediaan dengan aksi diperlama yang tidak dapat diabaikan
a)      Risiko terjadinya penumpukan bila laju peniadaan lambat dan obat harus selalu bekerja selama 24 jam.
b)      Kesulitan pengeluaran obat dengan cepat bila terjadi toksisitas gawat atau alergi.
c)      Dapatnya pengeluaran dan keteraturan efek farmakologik tergantung pada laju pengosongan lambung.

d)      Sering terjadi perubahan skema pelapisan zat aktif bila obat tidak seluruhnya ditelan melainkan dipecah, digerus atau dikunyah, dengan resiko terjadi lewat dosis, pelepasan tidak pada tempatnya dan sangat berbahaya terutama bila obat sangat aktif dan selanjutnya terjadi keadaan kurang dosis.

1 komentar:

udinjie.blogspot.com mengatakan...

keren blognya kaka

Posting Komentar

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Perfil