Bentuk Sediaan dan FORMULASI

Bentuk Sediaan: a) Serbuk. b) Granul. c) Tablet. d) Kapsul
a)    Serbuk=Campuran kering bahan obat atau zat kimia. Diameter 1,2 – 1,7 m dengan atau tanpa vehikulum serta untuk penggunaan oral atau topikal
Macam serbuk:
1.      Serbuk terbagi/Pulveres (divided powder), dikemas dalam suatu bungkus/sachet untukdosis tungal
2.      Serbuk tak terbagi/Bulk powder tersedia sebagai sirup oral antibiotik dan serbuk kering lainnya yang tidak poten (antasida, makanan diet). Untuk multiple dose.
3.      Pulvis adspersorium (serbuk tabur)
4.      Powder for injection (serbuk injeksi)
Cara Penggunaan
Pulveres dan bulk powder dilarutkan atau disuspensikan dalam aquadest sebelum diminum.
 Pulvis adspersorius (serbuk tabur), ditaburkan pada kulit.
Serbuk injeksi, dilarutkan atau disuspensikan dalam aqua pro injeksi
b)   Granul=Sediaan bentuk padat, berupa partikel serbuk dengan diameter 2-4 mikrometer dengan atau tanpa vehikulum.
Macam granul:
1.      Bulk granules
Tersedia sebagai sirup oral/dry sirup untuk multiple dose
2.      Divided granules
Dikemas dalam bungkus/sachet untuk single dose. Dikenal pula sediaan effervescent granules.
Cara Penggunaan
Sebelum diminum, dilarutkan/disuspensikan dulu dalam air atau pelarut yang sesuai.
c)    Tablet=Sediaan obat berbentuk padat kompak dan merupakan tipe umum dari suatu tablet kempa cetak, tanpa penyalut/salut. Bentuk ini mengalam disintegrasi/pecah dan disolusi/larut di lambung, dan kemudian dilanjutkan di usus.
Macam tablet :
1.      Berdasarkan teknik pembuatannya dikenal 2 macam :
a.       Tablet cetak
b.      Tablet kempa
2.      Berdasarkan penggunaannya :
a.       Bolus
b.      Tablet triturat
c.       Tablet hipodermik
d.      Tablet bukal
e.       Tablet sublingual
f.       Tablet efervesen (tablet buih)
g.       Tablet kunyah (chewable tablet)
h.      Tablet Hisap (Lozenges)
3.      Berdasarkan rute
1.      Lokal
2.      Sistemik
Berdasarkan formulasinya maka tablet dibedakan menjadi:
1.      Tablet Salut Gula (Tsg) (Dragee, Sugar Coated Tablet)
2.      Tablet Salut Film (Tsf) (Film Coated Tablet, Fct)
3.      Tablet Salut Enterik (Enteric Coated Tablet)
4.      Sediaan Retard (Sustained Released, Form Prolonged Action)
Berdasarkan bentuknya maka tablet dibedakan menjadi:
a.       Bulat pipih dengan kedua permukaannnya plat/rata atau cembung. Dalam perdagangan disebut TABLET.
b.      Silindris seperti kapsul, dalam perdagangan disebut KAPLET.
d)   Sediaan cair
Sediaan cair terbagi menjadi 3 bentuk yaitu: 1. Solutiones (larutan) 2. Suspensiones (suspensi) 3. Emulsa (emulsi)
Keuntungan dari sediaan cair
1.      Cocok untuk penderita yang sukar menelan
2.      Absorpsi obat lebih cepat dibandingkan dengan sediaan oral lain. Urutan kecepatan absorpsinya: larutan> emulsi > suspensi.
3.      Homogenitas lebih terjamin.
4.      Dosis/takaran dapat disesuaikan
5.      Dosis obat lebih seragam dibandingkan sediaan padat, terutama bentuk larutan. Untuk suspensi dan emulsi, keseragaman dosis tergantung pada pengocokan
6.      Beberapa obat atau senyawa obat dapat mengiritasi mukosa lambung atau dirusak cairan lambung bila diberikan dalam bentuk sediaan padat. Hal ini dapat dikurangi dengan memberikan obat dalam bentuk sediaan cair karena faktor pengenceran.
Kerugian dari sediaan cair
1.      Tidak dapat dibuat untuk senyawa obat yang tidak stabil dalam air.
2.      Bagi obat yang rasanya pahit atau baunya tidak enak sukar ditutupi.
3.      Tidak praktis
4.      Takaran penggunaan obat tidak dalam dosis terbagi, kecuali sediaan dosis tunggal, dan harus menggunakan alat khusus.
5.      Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan merupakan katalis reaksi.
6.      Pemberian obat harus menggunakan alat khusus atau oleh orang khusus (sediaan parenteral).
e)    Solutiones (larutan)
Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut
Contoh: Larutan penyegar cap kaki tiga, Iodine povidon solution
 Cara mengenal kerusakan:
1.      Terjadinya kekeruhan atau perubahan warna
2.      Terbentuk kristal atau endapan zat padat
3.      Terjadi perubahan bau
4.      Perubahan viskositas
f. emulsi=Sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain yang tidak saling campur, dalam bentuk tetesan kecil.
Macam:
1. Emulsi minyak dalam air (o/w).
2. Emulsi air dalam minyak (w/o).
Contoh:Scott’s emulsion,Laxadine emulsi
Cara mengenal kerusakan:
-Creaming, terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain.
-Cracking, pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan menyatu.
 -Terjadinya perubahan warna dan bau.
Berdasarkan cara pemberiannya, bentuk sediaan cair digolongkan menjadi:
a.       sediaan cair oral, b. sediaan cair topikal, c. sediaan cair rektal/vaginal, d. sediaan cair parenteral.
a.       Sediaan cair oral=Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air.
 Macam:
1.      Potiones (obat minum)
2.      Elixir=Sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan yang memiliki bau dan rasa yang sedap dan pelarut digunakan campuran air-etanol. Etanol yang digunakan etanol 90% dengan kadar 5–15%.
3.      Sirup=Suatu larutan obat yang mengandung satu atau lebih jenis obat dengan zat tambahan dan sukrosa sabagai pemanis. Sukrosa yang digunakan dalam bentuk sirup simplex yang mengandung 65% sukrosa dalam larutan nipagin 0,25%.
4.       Guttae (drop)=Sediaan cair (umumnya larutan), apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan dengan cara meneteskan Sediaan cair topikal Sediaan cair yang biasanya mengandung air, tetapi seringkali juga dengan pelarut lain, misalnya etanol untuk penggunaan topikal pada kulit atau untuk penggunaan topikal pada mukosa mulut.
1. Collyrium (kolirium)
* Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonis, digunakan untuk membersihkan mata, dapat mengandung zat dapar dan zat pengawet.
* Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet digunakan paling lama 24 jam setelah botol dibuka tutupnya.
* Kolirium yang mengandung pengawet digunakan paling lama tujuh hari setelah botol dibuka.
2. Guttae ophthalmicae (tetes mata)
* Larutan steril bebas partikel asing dan digunakan pada mata.
* Hanya boleh digunakan selama 30 hari setelah tutupnya dibuka.
* Digunakan dengan cara meneteskan ke dalam lekuk atau ke permukaan selaput bening mata.
3. Gargarisma (Gargle)
 Sediaan berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat dan harus diencerkan sebelum digunakan, mengandung antiseptik. Digunakan untuk pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan, juga digunakan untuk merawat atau mengubah faring dan nasofaring dengan menekan udara dari paru-paru akibat dari penahanan sediaan dalam tenggorokan.
4. Mouthwash (Pencuci mulut)
Larutan yang digunakan dengan cara dikumur-kumur dalam mulut tetapi tidak sampai tenggorokan. Biasanya hanya mengandung zat-zat untuk membersihkan mulut dan memperbaiki bau.
5. Guttae nasales
 Obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet. Minyak lemak dan minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa. Pada umumnya zat aktif berkhasiat dekongestan, anestetik lokal atau antiseptik.
Guttae auricular
Sediaan cair yang digunakan untuk telinga yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan ke dalam telinga. Bahan pembawanya sebaiknya minyak lemak atau sejenisnya yang mempunyai kekentalan yang cocok sehingga dapat menempel pada liang telinga.
Irigasi
 Larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka terbuka atau rongga-rongga tubuh.  Pemakaiannya secara topikal, tidak boleh digunakan secara perenteral.
Inhalationes
 Sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemik. Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut, atau disemprotkan dalam bentuk kabut ke dalam saluran pernapasan. Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapat mencapai bronkioli. Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas.
Ephitema (obat kompres)
 Cairan yang dipakai untuk mendapatkan rasa dingin pada tempat-tempat yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose digunakan untuk luka bernanah.
Lotion
 Sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemakaian luar pada kulit (Ansel, 1989; Anonim, 1995).
 Kebanyakan lotion mengandung bahan serbuk halus yang tidak larut dalam media dispersi dan disuspensikan dengan menggunakan zat pensuspensi dan zat pendispersi. Pada umumnya pembawa dari  lotion adalah air
Linimentum
Bentuk sediaan kental atau cair yang dioleskan pada kulit. Liniment dapat berupa larutan zat berkhasiat dalam minyak/lemak atau berupa emulsi, yaitu hasil proses penyabunan yang banyak mengandung air sehingga bila dioleskan pada kulit memberikan perasaan sejuk.
Sediaan cair Rektum/Vaginal
1. Lavament/Clysma/Enema
* Cairan yang pemakaiannya melalui rektum/ kolon berguna untuk membersihkan atau menghasilkan efek lokal atau sistemik.
* Digunakan untuk membersihkan atau penolong pada sembelit atau pembersih feces sebelum operasi.
* Enema juga berfungsi sebagai karminativa, emollient, diagnostik, sedatif, antelmintik, dll.
* Enema diberikan dalam jumlah bervariasi tergantung pada umur dan keadaan penderita.
2. douche
 Larutan zat dalam air yang dimasukkan dengan suatu alat ke dalam vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk membersihkan, karenanya larutan ini mengandung bahan obat atau antiseptik. Biasanya berupa larutan kental  yang diencerkan seperlunya sebelum digunakan.
Sediaan injeksi (injectiones
 Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral, disuntikkan dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir. Syarat utama untuk obat yang diberikan parenteral ialah obat tersebut harus steril dan disimpan dalam wadah yang menjamin sterilitas.
Sediaan setengah padat
 Sediaan setengah padat pada umumnya hanya digunakan sebagai obat luar, dioleskan pada kulit untuk keperluan terapi atau berfungsi sebagai pelindung kulit. Di samping itu bentuk sediaan setengah padat juga dapat digunakan untuk sediaan kosmetika.
 Keuntungan sediaan setengah padat dibandingkan sediaan cair:
1.      Dapat diatur daya penetrasi dari zat berkhasiat dengan memodifikasi basisnya.
2.      Kontak sediaan dengan kulit lebih lama.
3.       Lebih sedikit mengandung air sehingga lebih sulit ditumbuhi bakteri.
4.      Lebih mudah digunakan tanpa memerlukan alat bantu.
Cara mengenal kerusakan sediaan setengah Padat Karena mengandung minyak atau lemak sebagai basis, maka dalam penyimpanan dapat terjadi ketengikan, terutama untuk sediaan sediaan dengan basis lemak tak jenuh, ketengikan ini dapat diketahui pada perubahan bau dan konsistensinya. Dapat terbentuk kristal atau keluarnya fase padat dari basisnya. Terjadinya perubahan warna.
Cremores (Krim)
Bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Umumnya berbentuk emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air. Lebih mudah dibersihkan dari kulit dibandingkan dengan
Salep
Jelly (gel)
 Merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dalam cairan. Mempunyai viskositas yang lebih encer  dari salep, mengandung sedikit atau tidak ada lilin, digunakan pada membran mukosa dan untuk tujuan pelicin atau sebagai basis bahan obat, dan umumnya adalah campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan titik leleh rendah.  Gel dapat dicuci karena mengandung mucilago, gum atau bahan pensuspensi sebagai basis.
Pastae (pasta)
 Sediaan yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal. Konsistensi pasta lebih kenyal dari unguentum. Pasta tidak memberikan rasa berminyak seperti halnya kebanyakan unguentum.  Pasta mengandung proporsi besar bahan serbuk (padat) antara 40% - 50%.
 Beberapa keuntungan bentuk sediaan pasta:
1.      Pasta mengikat cairan sekret, pasta lebih baik dari unguentum untuk lesi yang akut dengan tendensi mengeluarkan cairan.
2.      Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja lokal.
Sapo
 Didapat dengan proses penyabunan alkali dengan lemak atau asam lemak tinggi. Konsistensi sapo tergantung pada basa yang digunakan untuk proses penyabunan. KOH menghasilkan sabun lunak/lembek dan NaOH menghasilkan sabun keras
Urgenta (salep)
 Sediaan setengah padat dengan konsistensi menyerupai lemak. Mudah dioleskan tanpa perlu pemanasan, ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Bahan obat harus larut/terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Secara umum salep dioleskan tipis-tipis pada daerah luka dan banyaknya salep yang digunakan tergantung dari luasnya luka/lesi.
FORMULASI
Formulasi adalah pembuatan berbagai bentuk sediaan yang mengandung bahan aktif yang telah dikenal dan diketahui serta pembuatan berbagai bentuk sediaan dengan bahan aktif baru.
Tujuan formulasi sediaan adalah untuk menentukan semua variabel yang diperlukan dalam mengembangkan dan memproduksi sediaan farmasi secara optimal
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
1.      Bentuk sediaan yang akan dibuat
2.      Bahan tambahan yang digunakan dalam formulasi harus kompabitel (dapat tercampurkan) dengan zat aktif dan bahan tambahan yang lain.
3.      Kenyamanan saat digunakan. Jika obat berasa tidak enak, maka orang tidak suka mengkonsumsinya.
4.      Selama penyimpanan, sediaan obat harus tetap dalam keadaan yang stabil.
5.      Bahan tambahan yang dipakai tidak boleh mengurangi
khasiat zat aktifnya
Zat aktif adalah bahan yang ditujukan untuk menghasilkan khasiat farmakologi atau efek langsung dalam diagnosis, penyembuhan, peredaan, pengobatan, atau pencegahan penyakit, atau untuk mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh (BadanPOM, 2006).
Zat tambahan=Bahan tambahan dalam Handbook of Pharmaceutical Excipient adalah zat tambahan yang digunakan untuk merubah zat aktif menjadi bentuk sediaan farmasi yang sesuai untuk digunakan pada pasien (Badan POM, 2006).
Bahan pemgemas dalam sediaan yang dimaksud adalah wadah atau tutup atau selubung sebelah luar dari suatu produk. Bahan kemas ini sangat penting karena dapat mempengaruhi stabilitas dan mutu produk akhir. Terdapat dua macam bahan kemas produk farmasi yaitu 1. bahan kemas primer, 2.  bahan kemas sekunder.
1.      Bahan kemas primer merupakan bahan kemas yang langsung bersentuhan dengan bahan obat, dimana yang termasuk bahan kemas primer yaitu gelas, strip / blister, plastik, dan lain-lain.
2.      bahan kemas sekunder yaitu bahan kemas yang membungkus bahan kemas primer, contohnya seperti kardus, dus botol sirup, dan lain-lain (Badan POM, 2006).
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Formulasi:  Kelarutan,  Absorbsi dan kecepatan disolusi, Stab, ilitas kimia dan enzimatik, Ketersediaan di pasaran, Kemudahan penggunaan, Kenyamanan pemakaian
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bentuk sediaan
1.      Harus melindungi zat aktif dari kerusakan, baik dari luar maupun dalam tubuh.
2.      Harus menutupi rasa tidak enak atau pahit bahan obat.
3.      Harus menjaga stabilitas bahan obat.
4.      Harus meningkatkan ketaatan penggunaan obat.
Aspek dalam studi formulasi: Studi fisika kimia, Studi pemasok, Studi pasar, Studi harga, Studi farmakologi, Studi interaksi dengan bahan lain
Larutan=Menurut FI III 1979, larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air suling.
Faktor-faktor yang mempengaruhi larutan
1.      Sifat dari solut dan solvent
2.      Solut yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air.
3.      Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpoar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.
 Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin.
 Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah:
 Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua 2garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
 Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
 Temperatur
 Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
 Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya :
 Zat-zat yang atsiri, Contohnya : Etanol dan minyak atsiri.
 Zat yang terurai, misalnya : natrium karbonas.  Saturatio
 Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis.
 Salting Out
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu
yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat
utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama
atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam  air akan turun bila
kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
 Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar.  Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
 Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya: Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
 Kecepatan kelarutan dipengauhi oleh:
 Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil ukuran
partikel ; makin luas permukaan solute yang kontak dengan
solvent, solute makin cepat larut.
 Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelaruta solute.
 Pengadukan.
Formula Umum Larutan
 Bahan obat / zat aktif
 Pembantu pelarut (bila diperlukan)
 Zat tambahan (bila diperlukan)
 Pelarut
 Suspensi adalah sediaan cairan yang mengandung partikel padat tidak larut yang terspersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah:
1.      Suspeni oral adalah sediaan cair mengandung partikel dapat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam golongan ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlabih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan.
2.       Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk pengguanan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “lotio” termasuk dalam kategori ini.
3.      Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan telinga bagian luar.
4.      Suspensi optalmik adalah sedaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi haru dalam bentu termikronisasi agar tidak menimbulka iritasi atau goresan pada kornea. Supensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau menggumpal.
5.      Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal.
6.       Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuklaruatan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan yang sesuai
Formula Umum Suspensi
1. Bahan aktif. Contoh: sulfur praicipitat, calamin, titanium dioksida
2. Bahan tambahan
 Pewarna : metilen blue, metamil yellow
 Pengawet : nipagin 2-5%, nipasol 0,05-0,025%
 Suspending Agent
 Akasia (PGA). Bahan ini diperoleh dari eksudat tanaman akasia sp. Dapat larut dalam air, tidak larut dalam alcohol, dan bersifat asam, viskositas optimum
mucilagonya adalah PH 5-9. Mucilage gom arap dengan kadar 35 % memeiliki kekentalan kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspense harus ditambahkan pengawet.
Tragakhan
Mengandung tragakhan 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu serbuk tragakan dengan air 20x banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen. Kemudian diencerkan dengan sisa dari tragakan lambat mengalami hidrasi. Sehinggan untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan mucilago tragakan juga lebih kental dari pada mucilago dari Gom arab.
 Mucilago amily. Dibuat dengan amilum tritici 2% . (vanduin hal 58)
 Solution gum arabicum. Mengandung gum arabikum 10% dan dibuat dengan jalan membuat dahulu mucilage gom arab dari gom yang tersedia kemudian mengencerkannya.
Mucilago saleb. Dibuat dengan serbuk saleb 1 % seharusnya dengan serbuk yang telah dihilangkan patinya dengan pengayakan, dimana diperoleh suatu mucilage.
 Solution gummosa. Mengandung pulvis gummosus 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu pulvis gummosus dengan air 7x banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan mengencerkannya sedikit demi sedikit
 Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok.
Formulasi umum
 Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri atas:
 Fase dispersi: zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lainnya.
 Fase pendispersi: zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung ) emulsi tersebut.
 Emulgator: bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Contoh emulgator, Gom Arab, Tragacanth, Agar-agar, Condrus, CMC-Na
FORMULASI SEDIAAN PADAT
 Zat Aktif Tidak Larut Air (Insoluble Drugs)
 Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan efek lokal pada saluran pencernaan (seperti antasida dan adsorben). Oleh karena zat tidak larut air umumnya dipengaruhi oleh fenomena permukaan, maka jika bekerja menggunakan zat ini, sangatlah penting memperhatikan kemampuan redispersi bahan obat dari sediaan menghasilkan ukuran partikel yang halus dan luas permukaan yang tinggi. Dengan demikian efek formulasi, granulasi, dan pencetakan terhadap sifat permukaan dari bahan dan kemampuan memperbaiki sifat bahan dalam saluran cerna dengan sifat permukaan optimum merupakan faktor kritis.
Zat Aktif Larut Air (Suluble Drugs)  Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan efek sistemik dengan terdisolusi dan terabsorpsi pada usus. Dalam hal obat diharapkan dengan memberikan efek sistemik, rancangan bentuk sediaan harus cepat terdisintegrasi dan terlarut. Kemampuan ini dapat menjadi faktor kritis atau tidak, bergantung pada kemampuan terlarutnya di daerah saluran cerna tempat bahan tersebut diabsorpsi
Eksipien adalah zat yang bersifat inert secara farmakologi yang digunakan sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk memperbaiki sifat zat aktif, membentuk tablet dan mempermudah teknologi pembuatan tablet.
Eksipien harus memiliki kriteria sebagai berikut :
1.       tidak toksik (memenuhi persyaratan peraturan di setiap negara)
2.       tersedia secara komersial dengan mutu yang dapat diterima oleh semua negara tempat produk tersebut dikembangkan
3.       harga relatif murah
4.       tidak kontraindikasi dalam suatu golongan populasi, inert secara fisiologis, stabil secara fisika dan kimia baik tersendiri maupun dalam kombinasi dengan zat aktif
5.       bebas dari kandungan bakteri patogen kompatibel dengan zat warna dan bahan lainnya dan tidak membawa pengaruh yang buruk terhadap ketersediaan hayati dari zat aktif dalam sediaan.
Bahan Pengisi
Pengisi adalah zat yang ditambahkan untuk menyesuaikan bobot dan ukuran tablet jika dosis zat aktif tidak cukup untuk membuat massa tablet, memperbaiki daya kohesi sehingga tablet dapat dikempa dengan baik, serta mengatasi masalah kelembaban yang mempengaruhi kestabilan zat aktif. Jumlah bahan pengisi yang dibutuhkan bervariasi, berkisar5-80 % dai bobot tablet (tergantung jumlah zat aktif danbobot tablet yang diinginkan). Massa yang dibutuhkan dalam tablet adalah 0,1-0,8 g,sehingga memungkinkan untuk dicetak.
Bahan Pengikat
Pengikat atau perekat berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi.
 Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering dan bentuk larutan (lebih efektif). Beberapa senyawa yang dapat digunakansebagai pengikat atau perekat antara lain :  polimer alam, contohnya amilum, gom (akasia, tragakan), sorbitol, glukosa, gelatin dan natrium alginat;  polimer sintetik, contohnya derivat selulosa seperti metil selulosa, karboksil metil selulosa (CMC), etil selulosa (Ethocel) poli metakrilat, polivinil pirolidon (PVP).
Salah satu bahan pengikat yang sering digunakan adalah jenis pati dengan konsentrasi 5%-20%. (Voight, 1995 : 174).

 Pada granulasi basah, bahan pengikat biasanya ditambahkan dalam bentuk larutan (dibuat solution, muchilago atau suspensi), namun dapat juga ditambahkan dalam bentuk kering, setelah dicampur dengan massa yang akan digranul baru ditambahkan pelarut

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Perfil