Bentuk Sediaan dan FORMULASI
Bentuk Sediaan: a) Serbuk.
b) Granul. c) Tablet. d) Kapsul
a)
Serbuk=Campuran
kering bahan obat atau zat kimia. Diameter 1,2 – 1,7 m dengan atau tanpa
vehikulum serta untuk penggunaan oral atau topikal
Macam serbuk:
1.
Serbuk terbagi/Pulveres (divided
powder), dikemas dalam suatu bungkus/sachet untukdosis tungal
2.
Serbuk tak terbagi/Bulk powder
tersedia sebagai sirup oral antibiotik dan serbuk kering lainnya yang tidak
poten (antasida, makanan diet). Untuk multiple dose.
3.
Pulvis adspersorium (serbuk tabur)
4.
Powder for injection (serbuk
injeksi)
Cara Penggunaan
Pulveres dan bulk powder dilarutkan atau disuspensikan dalam
aquadest sebelum diminum.
Pulvis adspersorius (serbuk
tabur), ditaburkan pada kulit.
Serbuk injeksi, dilarutkan atau disuspensikan dalam aqua pro
injeksi
b)
Granul=Sediaan bentuk
padat, berupa partikel serbuk dengan diameter 2-4 mikrometer dengan atau tanpa
vehikulum.
Macam granul:
1.
Bulk granules
Tersedia sebagai sirup oral/dry sirup untuk multiple dose
2.
Divided granules
Dikemas dalam bungkus/sachet untuk single dose. Dikenal pula
sediaan effervescent granules.
Cara Penggunaan
Sebelum diminum, dilarutkan/disuspensikan dulu dalam air atau
pelarut yang sesuai.
c)
Tablet=Sediaan obat
berbentuk padat kompak dan merupakan tipe umum dari suatu tablet kempa cetak,
tanpa penyalut/salut. Bentuk ini mengalam disintegrasi/pecah dan disolusi/larut
di lambung, dan kemudian dilanjutkan di usus.
Macam tablet :
1. Berdasarkan
teknik pembuatannya dikenal 2 macam :
a.
Tablet cetak
b.
Tablet kempa
2. Berdasarkan
penggunaannya :
a.
Bolus
b.
Tablet triturat
c.
Tablet hipodermik
d.
Tablet bukal
e.
Tablet sublingual
f.
Tablet efervesen (tablet buih)
g.
Tablet kunyah (chewable tablet)
h.
Tablet Hisap (Lozenges)
3. Berdasarkan
rute
1.
Lokal
2.
Sistemik
Berdasarkan formulasinya maka tablet dibedakan menjadi:
1.
Tablet Salut Gula (Tsg) (Dragee,
Sugar Coated Tablet)
2.
Tablet Salut Film (Tsf) (Film Coated
Tablet, Fct)
3.
Tablet Salut Enterik (Enteric Coated
Tablet)
4.
Sediaan Retard (Sustained Released,
Form Prolonged Action)
Berdasarkan bentuknya maka tablet dibedakan menjadi:
a.
Bulat pipih dengan kedua
permukaannnya plat/rata atau cembung. Dalam perdagangan disebut TABLET.
b.
Silindris seperti kapsul, dalam
perdagangan disebut KAPLET.
d)
Sediaan cair
Sediaan cair terbagi menjadi 3 bentuk yaitu: 1. Solutiones
(larutan) 2. Suspensiones (suspensi) 3. Emulsa (emulsi)
Keuntungan dari sediaan cair
1.
Cocok untuk penderita yang sukar
menelan
2.
Absorpsi obat lebih cepat
dibandingkan dengan sediaan oral lain. Urutan kecepatan absorpsinya:
larutan> emulsi > suspensi.
3.
Homogenitas lebih terjamin.
4.
Dosis/takaran dapat disesuaikan
5.
Dosis obat lebih seragam
dibandingkan sediaan padat, terutama bentuk larutan. Untuk suspensi dan emulsi,
keseragaman dosis tergantung pada pengocokan
6.
Beberapa obat atau senyawa obat
dapat mengiritasi mukosa lambung atau dirusak cairan lambung bila diberikan
dalam bentuk sediaan padat. Hal ini dapat dikurangi dengan memberikan obat
dalam bentuk sediaan cair karena faktor pengenceran.
Kerugian dari sediaan cair
1.
Tidak dapat dibuat untuk senyawa
obat yang tidak stabil dalam air.
2.
Bagi obat yang rasanya pahit atau
baunya tidak enak sukar ditutupi.
3.
Tidak praktis
4.
Takaran penggunaan obat tidak dalam
dosis terbagi, kecuali sediaan dosis tunggal, dan harus menggunakan alat
khusus.
5.
Air merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri dan merupakan katalis reaksi.
6.
Pemberian obat harus menggunakan
alat khusus atau oleh orang khusus (sediaan parenteral).
e)
Solutiones
(larutan)
Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut
Contoh: Larutan penyegar cap kaki tiga, Iodine povidon solution
Cara mengenal kerusakan:
1.
Terjadinya kekeruhan atau perubahan
warna
2.
Terbentuk kristal atau endapan zat
padat
3.
Terjadi perubahan bau
4.
Perubahan viskositas
f. emulsi=Sistem dua
fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain yang tidak
saling campur, dalam bentuk tetesan kecil.
Macam:
1. Emulsi minyak dalam air (o/w).
2. Emulsi air dalam minyak (w/o).
Contoh:Scott’s emulsion,Laxadine emulsi
Cara mengenal kerusakan:
-Creaming, terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu
mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain.
-Cracking, pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak
dan butir minyak akan menyatu.
-Terjadinya perubahan warna
dan bau.
Berdasarkan cara pemberiannya, bentuk sediaan cair digolongkan
menjadi:
a.
sediaan cair oral, b. sediaan cair
topikal, c. sediaan cair rektal/vaginal, d. sediaan cair parenteral.
a.
Sediaan cair oral=Sediaan cair yang
dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa
bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran
kosolven-air.
Macam:
1.
Potiones (obat minum)
2.
Elixir=Sediaan larutan yang
mengandung bahan obat dan bahan tambahan yang memiliki bau dan rasa yang sedap
dan pelarut digunakan campuran air-etanol. Etanol yang digunakan etanol 90%
dengan kadar 5–15%.
3.
Sirup=Suatu larutan obat yang mengandung
satu atau lebih jenis obat dengan zat tambahan dan sukrosa sabagai pemanis.
Sukrosa yang digunakan dalam bentuk sirup simplex yang mengandung
65% sukrosa dalam larutan nipagin 0,25%.
4.
Guttae (drop)=Sediaan cair (umumnya larutan),
apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan dengan cara
meneteskan Sediaan cair topikal Sediaan cair yang biasanya mengandung air,
tetapi seringkali juga dengan pelarut lain, misalnya etanol untuk penggunaan
topikal pada kulit atau untuk penggunaan topikal pada mukosa mulut.
1. Collyrium (kolirium)
* Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonis,
digunakan untuk membersihkan mata, dapat mengandung zat dapar dan zat pengawet.
* Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet digunakan paling lama
24 jam setelah botol dibuka tutupnya.
* Kolirium yang mengandung pengawet digunakan paling lama tujuh
hari setelah botol dibuka.
2. Guttae ophthalmicae (tetes mata)
* Larutan steril bebas partikel asing dan digunakan pada mata.
* Hanya boleh digunakan selama 30 hari setelah tutupnya dibuka.
* Digunakan dengan cara meneteskan ke dalam lekuk atau ke permukaan
selaput bening mata.
3. Gargarisma (Gargle)
Sediaan berupa larutan
umumnya dalam keadaan pekat dan harus diencerkan sebelum digunakan, mengandung
antiseptik. Digunakan untuk pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan,
juga digunakan untuk merawat atau mengubah faring dan nasofaring dengan menekan
udara dari paru-paru akibat dari penahanan sediaan dalam tenggorokan.
4. Mouthwash (Pencuci mulut)
Larutan yang digunakan dengan cara dikumur-kumur dalam mulut tetapi
tidak sampai tenggorokan. Biasanya hanya mengandung zat-zat untuk membersihkan
mulut dan memperbaiki bau.
5. Guttae nasales
Obat yang digunakan untuk
hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat
pensuspensi, pendapar dan pengawet. Minyak lemak dan minyak mineral tidak boleh
digunakan sebagai cairan pembawa. Pada umumnya zat aktif berkhasiat
dekongestan, anestetik lokal atau antiseptik.
Guttae auricular
Sediaan cair yang digunakan untuk telinga yang berupa larutan atau
suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan ke dalam telinga. Bahan
pembawanya sebaiknya minyak lemak atau sejenisnya yang mempunyai kekentalan
yang cocok sehingga dapat menempel pada liang telinga.
Irigasi
Larutan steril yang
digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka terbuka atau rongga-rongga
tubuh. Pemakaiannya secara topikal,
tidak boleh digunakan secara perenteral.
Inhalationes
Sediaan obat atau larutan
atau suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui
saluran napas hidung atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemik. Sediaan
yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut, atau disemprotkan dalam
bentuk kabut ke dalam saluran pernapasan. Tetesan butiran kabut harus seragam
dan sangat halus sehingga dapat mencapai bronkioli. Inhalasi merupakan larutan
dalam air atau gas.
Ephitema (obat kompres)
Cairan yang dipakai untuk
mendapatkan rasa dingin pada tempat-tempat yang sakit dan panas karena radang
atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose digunakan untuk luka bernanah.
Lotion
Sediaan cair yang
dimaksudkan untuk pemakaian luar pada kulit (Ansel, 1989; Anonim, 1995).
Kebanyakan lotion mengandung
bahan serbuk halus yang tidak larut dalam media dispersi dan disuspensikan
dengan menggunakan zat pensuspensi dan zat pendispersi. Pada umumnya pembawa
dari lotion adalah air
Linimentum
Bentuk sediaan kental atau cair yang dioleskan pada kulit. Liniment
dapat berupa larutan zat berkhasiat dalam minyak/lemak atau berupa emulsi,
yaitu hasil proses penyabunan yang banyak mengandung air sehingga bila dioleskan
pada kulit memberikan perasaan sejuk.
Sediaan cair Rektum/Vaginal
1. Lavament/Clysma/Enema
* Cairan yang pemakaiannya melalui rektum/ kolon berguna untuk
membersihkan atau menghasilkan efek lokal atau sistemik.
* Digunakan untuk membersihkan atau penolong pada sembelit atau
pembersih feces sebelum operasi.
* Enema juga berfungsi sebagai karminativa, emollient, diagnostik,
sedatif, antelmintik, dll.
* Enema diberikan dalam jumlah bervariasi tergantung pada umur dan
keadaan penderita.
2. douche
Larutan zat dalam air yang
dimasukkan dengan suatu alat ke dalam vagina, baik untuk pengobatan maupun
untuk membersihkan, karenanya larutan ini mengandung bahan obat atau
antiseptik. Biasanya berupa larutan kental
yang diencerkan seperlunya sebelum digunakan.
Sediaan injeksi (injectiones
Sediaan steril berupa
larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan terlebih dahulu
sebelum digunakan secara parenteral, disuntikkan dengan cara menembus atau
merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir. Syarat utama
untuk obat yang diberikan parenteral ialah obat tersebut harus steril dan
disimpan dalam wadah yang menjamin sterilitas.
Sediaan setengah padat
Sediaan setengah padat pada
umumnya hanya digunakan sebagai obat luar, dioleskan pada kulit untuk keperluan
terapi atau berfungsi sebagai pelindung kulit. Di samping itu bentuk sediaan
setengah padat juga dapat digunakan untuk sediaan kosmetika.
Keuntungan sediaan setengah
padat dibandingkan sediaan cair:
1.
Dapat diatur daya penetrasi dari zat
berkhasiat dengan memodifikasi basisnya.
2.
Kontak sediaan dengan kulit lebih
lama.
3.
Lebih sedikit mengandung air sehingga lebih
sulit ditumbuhi bakteri.
4.
Lebih mudah digunakan tanpa
memerlukan alat bantu.
Cara mengenal kerusakan sediaan setengah Padat Karena mengandung
minyak atau lemak sebagai basis, maka dalam penyimpanan dapat terjadi
ketengikan, terutama untuk sediaan sediaan dengan basis lemak tak jenuh,
ketengikan ini dapat diketahui pada perubahan bau dan konsistensinya. Dapat
terbentuk kristal atau keluarnya fase padat dari basisnya. Terjadinya perubahan
warna.
Cremores (Krim)
Bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Umumnya berbentuk
emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol
berantai panjang dalam air. Lebih mudah dibersihkan dari kulit dibandingkan
dengan
Salep
Jelly (gel)
Merupakan sistem semi padat
terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik
yang tersebar serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat
adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dalam cairan. Mempunyai
viskositas yang lebih encer dari salep,
mengandung sedikit atau tidak ada lilin, digunakan pada membran mukosa dan
untuk tujuan pelicin atau sebagai basis bahan obat, dan umumnya adalah campuran
sederhana dari minyak dan lemak dengan titik leleh rendah. Gel dapat dicuci karena mengandung mucilago,
gum atau bahan pensuspensi sebagai basis.
Pastae (pasta)
Sediaan yang mengandung satu
atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal. Konsistensi pasta
lebih kenyal dari unguentum. Pasta tidak memberikan rasa berminyak seperti
halnya kebanyakan unguentum. Pasta
mengandung proporsi besar bahan serbuk (padat) antara 40% - 50%.
Beberapa keuntungan bentuk
sediaan pasta:
1.
Pasta mengikat cairan sekret, pasta
lebih baik dari unguentum untuk lesi yang akut dengan tendensi mengeluarkan cairan.
2.
Bahan obat dalam pasta lebih melekat
pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja lokal.
Sapo
Didapat dengan proses
penyabunan alkali dengan lemak atau asam lemak tinggi. Konsistensi sapo
tergantung pada basa yang digunakan untuk proses penyabunan. KOH menghasilkan
sabun lunak/lembek dan NaOH menghasilkan sabun keras
Urgenta (salep)
Sediaan setengah padat
dengan konsistensi menyerupai lemak. Mudah dioleskan tanpa perlu pemanasan,
ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Bahan obat
harus larut/terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Secara umum salep
dioleskan tipis-tipis pada daerah luka dan banyaknya salep yang digunakan
tergantung dari luasnya luka/lesi.
FORMULASI
Formulasi adalah pembuatan berbagai bentuk sediaan yang mengandung
bahan aktif yang telah dikenal dan diketahui serta pembuatan berbagai bentuk
sediaan dengan bahan aktif baru.
Tujuan formulasi sediaan adalah untuk menentukan semua variabel
yang diperlukan dalam mengembangkan dan memproduksi sediaan farmasi secara
optimal
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
1.
Bentuk sediaan yang akan dibuat
2.
Bahan tambahan yang digunakan dalam
formulasi harus kompabitel (dapat tercampurkan) dengan zat aktif dan bahan
tambahan yang lain.
3.
Kenyamanan saat digunakan. Jika obat
berasa tidak enak, maka orang tidak suka mengkonsumsinya.
4.
Selama penyimpanan, sediaan obat
harus tetap dalam keadaan yang stabil.
5.
Bahan tambahan yang dipakai tidak
boleh mengurangi
khasiat zat aktifnya
Zat aktif adalah bahan yang ditujukan untuk menghasilkan khasiat farmakologi
atau efek langsung dalam diagnosis, penyembuhan, peredaan, pengobatan, atau
pencegahan penyakit, atau untuk mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh
(BadanPOM, 2006).
Zat tambahan=Bahan tambahan dalam Handbook of Pharmaceutical Excipient adalah
zat tambahan yang digunakan untuk merubah zat aktif menjadi bentuk sediaan
farmasi yang sesuai untuk digunakan pada pasien (Badan POM, 2006).
Bahan pemgemas dalam sediaan yang dimaksud adalah wadah atau tutup atau selubung
sebelah luar dari suatu produk. Bahan kemas ini sangat penting karena dapat
mempengaruhi stabilitas dan mutu produk akhir. Terdapat dua macam bahan kemas
produk farmasi yaitu 1. bahan kemas primer, 2. bahan kemas sekunder.
1.
Bahan kemas primer merupakan bahan
kemas yang langsung bersentuhan dengan bahan obat, dimana yang termasuk bahan
kemas primer yaitu gelas, strip / blister, plastik, dan lain-lain.
2.
bahan kemas sekunder yaitu bahan
kemas yang membungkus bahan kemas primer, contohnya seperti kardus, dus botol
sirup, dan lain-lain (Badan POM, 2006).
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Formulasi: Kelarutan, Absorbsi dan kecepatan disolusi, Stab, ilitas
kimia dan enzimatik, Ketersediaan di pasaran, Kemudahan penggunaan, Kenyamanan
pemakaian
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bentuk sediaan
1.
Harus melindungi zat aktif dari
kerusakan, baik dari luar maupun dalam tubuh.
2.
Harus menutupi rasa tidak enak atau
pahit bahan obat.
3.
Harus menjaga stabilitas bahan obat.
4.
Harus meningkatkan ketaatan
penggunaan obat.
Aspek dalam studi formulasi: Studi fisika kimia, Studi pemasok, Studi
pasar, Studi harga, Studi farmakologi, Studi interaksi dengan bahan lain
Larutan=Menurut FI III 1979, larutan adalah sediaan cair yang mengandung
bahan kimia terlarut kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air
suling.
Faktor-faktor yang mempengaruhi larutan
1.
Sifat dari solut dan solvent
2.
Solut yang polar akan larut dalam
solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air.
3.
Solute yang nonpolar larut dalam
solvent yang nonpoar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik)
larut dalam kloroform.
Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena
adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin.
Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang
sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan
dalam farmasi umumnya adalah:
Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua 2garam
nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4,
PbSO4, CaSO4.
Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua
oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam
phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
Temperatur
Zat padat umumnya bertambah
larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm,
karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
Berdasarkan pengaruh ini
maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya :
Zat-zat yang atsiri,
Contohnya : Etanol dan minyak atsiri.
Zat yang terurai, misalnya :
natrium karbonas. Saturatio
Senyawa-senyawa kalsium,
misalnya : Aqua calsis.
Salting Out
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu
yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat
utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama
atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila
kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan
kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air
tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara
senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
Contohnya: Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
Kecepatan kelarutan
dipengauhi oleh:
Ukuran partikel : Makin
halus solute, makin kecil ukuran
partikel ; makin luas permukaan solute yang kontak dengan
solvent, solute makin cepat larut.
Suhu : Umumnya kenaikan suhu
menambah kenaikan kelaruta solute.
Pengadukan.
Formula Umum Larutan
Bahan obat / zat aktif
Pembantu pelarut (bila
diperlukan)
Zat tambahan (bila
diperlukan)
Pelarut
Suspensi adalah sediaan
cairan yang mengandung partikel padat tidak larut yang terspersi dalam fase
cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah:
1.
Suspeni oral adalah sediaan cair
mengandung partikel dapat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma
yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi
etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam golongan ini. Beberapa suspensi dapat
langsung digunakan sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus
dikonstitusikan terlabih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum
digunakan.
2.
Suspensi topikal adalah sediaan cair
mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan
untuk pengguanan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai
“lotio” termasuk dalam kategori ini.
3.
Suspensi tetes telinga adalah
sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan
telinga bagian luar.
4.
Suspensi optalmik adalah sedaan cair
steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa
untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi haru dalam bentu termikronisasi
agar tidak menimbulka iritasi atau goresan pada kornea. Supensi obat mata tidak
boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau menggumpal.
5.
Suspensi untuk injeksi adalah
sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak
disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal.
6.
Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah
sediaan kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuklaruatan yang memenuhi
semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan yang sesuai
Formula Umum Suspensi
1. Bahan aktif. Contoh: sulfur praicipitat, calamin, titanium
dioksida
2. Bahan tambahan
Pewarna : metilen blue,
metamil yellow
Pengawet : nipagin 2-5%,
nipasol 0,05-0,025%
Suspending Agent
Akasia (PGA). Bahan ini
diperoleh dari eksudat tanaman akasia sp. Dapat larut dalam air, tidak larut
dalam alcohol, dan bersifat asam, viskositas optimum
mucilagonya adalah PH 5-9. Mucilage gom arap dengan kadar 35 % memeiliki
kekentalan kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri
sehingga dalam suspense harus ditambahkan pengawet.
Tragakhan
Mengandung tragakhan 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu
serbuk tragakan dengan air 20x banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang
homogen. Kemudian diencerkan dengan sisa dari tragakan lambat mengalami
hidrasi. Sehinggan untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan
mucilago tragakan juga lebih kental dari pada mucilago dari Gom arab.
Mucilago amily. Dibuat
dengan amilum tritici 2% . (vanduin hal 58)
Solution gum arabicum. Mengandung
gum arabikum 10% dan dibuat dengan jalan membuat dahulu mucilage gom arab dari
gom yang tersedia kemudian mengencerkannya.
Mucilago saleb. Dibuat dengan serbuk saleb 1 % seharusnya dengan serbuk
yang telah dihilangkan patinya dengan pengayakan, dimana diperoleh suatu
mucilage.
Solution gummosa. Mengandung
pulvis gummosus 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu pulvis gummosus
dengan air 7x banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan
mengencerkannya sedikit demi sedikit
Emulsi adalah sistem dua
fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran
kecil dan distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok.
Formulasi umum
Komponen dasar yaitu bahan
pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri atas:
Fase dispersi: zat cair yang
terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lainnya.
Fase pendispersi: zat cair
dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung ) emulsi
tersebut.
Emulgator: bagian dari
emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Contoh emulgator, Gom Arab, Tragacanth,
Agar-agar, Condrus, CMC-Na
FORMULASI SEDIAAN PADAT
Zat Aktif Tidak Larut Air
(Insoluble Drugs)
Zat ini cenderung digunakan
untuk memberikan efek lokal pada saluran pencernaan (seperti antasida dan adsorben).
Oleh karena zat tidak larut air umumnya dipengaruhi oleh fenomena permukaan,
maka jika bekerja menggunakan zat ini, sangatlah penting memperhatikan
kemampuan redispersi bahan obat dari sediaan menghasilkan ukuran partikel yang
halus dan luas permukaan yang tinggi. Dengan demikian efek formulasi,
granulasi, dan pencetakan terhadap sifat permukaan dari bahan dan kemampuan memperbaiki
sifat bahan dalam saluran cerna dengan sifat permukaan optimum merupakan faktor
kritis.
Zat Aktif Larut Air (Suluble Drugs) Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan
efek sistemik dengan terdisolusi dan terabsorpsi pada usus. Dalam hal obat
diharapkan dengan memberikan efek sistemik, rancangan bentuk sediaan harus
cepat terdisintegrasi dan terlarut. Kemampuan ini dapat menjadi faktor kritis
atau tidak, bergantung pada kemampuan terlarutnya di daerah saluran cerna
tempat bahan tersebut diabsorpsi
Eksipien adalah zat yang bersifat inert secara farmakologi yang
digunakan sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk memperbaiki sifat
zat aktif, membentuk tablet dan mempermudah teknologi pembuatan tablet.
Eksipien harus memiliki kriteria sebagai berikut :
1.
tidak toksik (memenuhi persyaratan peraturan
di setiap negara)
2.
tersedia secara komersial dengan mutu yang
dapat diterima oleh semua negara tempat produk tersebut dikembangkan
3.
harga relatif murah
4.
tidak kontraindikasi dalam suatu golongan
populasi, inert secara fisiologis, stabil secara fisika dan kimia baik tersendiri
maupun dalam kombinasi dengan zat aktif
5.
bebas dari kandungan bakteri patogen kompatibel
dengan zat warna dan bahan lainnya dan tidak membawa pengaruh yang buruk
terhadap ketersediaan hayati dari zat aktif dalam sediaan.
Bahan Pengisi
Pengisi adalah zat yang ditambahkan untuk menyesuaikan bobot dan
ukuran tablet jika dosis zat aktif tidak cukup untuk membuat massa tablet,
memperbaiki daya kohesi sehingga tablet dapat dikempa dengan baik, serta mengatasi
masalah kelembaban yang mempengaruhi kestabilan zat aktif. Jumlah bahan pengisi
yang dibutuhkan bervariasi, berkisar5-80 % dai bobot tablet (tergantung jumlah
zat aktif danbobot tablet yang diinginkan). Massa yang dibutuhkan dalam tablet
adalah 0,1-0,8 g,sehingga memungkinkan untuk dicetak.
Bahan Pengikat
Pengikat atau perekat berfungsi memberi daya adhesi pada massa
serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya kohesi yang
telah ada pada bahan pengisi.
Bahan pengikat dapat
ditambahkan dalam bentuk kering dan bentuk larutan (lebih efektif). Beberapa
senyawa yang dapat digunakansebagai pengikat atau perekat antara lain : polimer alam, contohnya amilum, gom (akasia,
tragakan), sorbitol, glukosa, gelatin dan natrium alginat; polimer sintetik, contohnya derivat selulosa
seperti metil selulosa, karboksil metil selulosa (CMC), etil selulosa (Ethocel)
poli metakrilat, polivinil pirolidon (PVP).
Salah satu bahan pengikat yang sering digunakan adalah jenis pati
dengan konsentrasi 5%-20%. (Voight, 1995 : 174).
Pada granulasi basah, bahan pengikat biasanya
ditambahkan dalam bentuk larutan (dibuat solution, muchilago atau suspensi),
namun dapat juga ditambahkan dalam bentuk kering, setelah dicampur dengan massa
yang akan digranul baru ditambahkan pelarut
21.27
|
Label:
Teknologi Farmasi
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pages
Diberdayakan oleh Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
Archives
-
▼
2016
(12)
-
▼
Desember
(10)
- Farmakoterapi LES
- Suspensi dan Emulsi
- Bentuk Sediaan dan FORMULASI
- Preformulasi
- Rancangan Bentuk Sediaan Farmasetik
- Rancangan formulasi tablet hisap
- Rancangan Formulasi Tablet Effervessent
- FORMULASI SEDIAAN TABLET SALUT ENTERIK NATRIUM DIK...
- Rancangan sediaan Parasetamol
- RANCANGAN BENTUK SEDIAAN TABLET KUNYAH
-
▼
Desember
(10)
Perfil
- Unknown
Archives
-
▼
2016
(12)
-
▼
Desember
(10)
- Farmakoterapi LES
- Suspensi dan Emulsi
- Bentuk Sediaan dan FORMULASI
- Preformulasi
- Rancangan Bentuk Sediaan Farmasetik
- Rancangan formulasi tablet hisap
- Rancangan Formulasi Tablet Effervessent
- FORMULASI SEDIAAN TABLET SALUT ENTERIK NATRIUM DIK...
- Rancangan sediaan Parasetamol
- RANCANGAN BENTUK SEDIAAN TABLET KUNYAH
-
▼
Desember
(10)
0 komentar:
Posting Komentar