URGENSI ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN MENJADI DASAR PERKEMBANGAN UMAT
Oleh: Wafa Aufia
Program Studi Farmasi, Universitas Darussalam Gontor Kampus Putri,
Sambirejo, Mantingan, Ngawi, Jawa Timur
Islamisasi
telah lama di perkenalkan oleh Prof. Muhammad Naquib Al-Attas pada tahun 1973
dalam bukunya yang berjudul Risalah untuk kaum muslimin, didalamnya beliau
mengusulkan perlunya islamisasi sains demi memecahan problematika ummat, usulan
akan islamisasi ilmu ini kembali digencarkan pada ranah internasional di tahun
1977 dalam konferensi internasional tentang pendidikan islam di Makkah. Prof
Muhammad Naquib Al-Attas selaku pembicara utama mensyiarkan akan tantangan
terbesar kaum muslimin perihal islamisasi ilmu pengetahuan.
Gagasan ini
tentu tidak hanya memiliki respon yang mendukung sebagaimana sambutan yang baik
dari Ismail Raji Al-Faruqi yang membuktikan dukungan penuh akangagasan
islamisasi ilmu dengan mendirikan Institute of Islamic Thought (IIIT) di
Virgina pada tahun 1981. Gagasan ini juga ditolak oleh Abdussalam seorang
ilmuwan muslim peraih nobel fisika, beliau menyatakan bahwasanya “hanya ada
satu sains , sains universal tidak ada sains islam, sains hindu, sains Kristen
ataupun sains yahudi” dalam gagasan penolakan Abdussalam, Naquib Al-Attas menyatakan
bahwa islamisasi sains ini tidak perlu dinilai sebagai sentiment teologis yang
berbeda akan tetapi mengenai perbedaan mendasar dalam pandangan hidup akan
dikesampingkannya hal-hal yang berbau metafisik. Tak hanya ungkapan Abdussalam
yang menghambat perjalanan Al-Attas, Al-Attas juga mengalami hambatan sejak
ISTAC dilebur dengan IIUM (International Islamic University of Malaysia) pada
tahun 2002.
Gagasan
Islamisasi ini muncul karena tidak adanya landasan ilmu pengetahuan yang
bersifat netral sehingga ilmu tidak dapat berdiri bebas nilai sehingga menjadi
pengetahuan yang semu dan membawa kebingungan dan kekacauan tujuan utama maka
dari itu ilmu merupakan ilmu sarat nilai yang memiliki tujuan utama yang
metafisik. Maka gagasan Al-Attas dan Al-Faruqi muncul atas dasar problematika tersebut namun
memandang dari segi problematika yang berbeda.
Menurut
Al-Attas islamisasi ilmu pengetahuan harus dilakukan karena ilmu pengetahuan
yang berdasrakan peradaban barat telah melupakan kontribusi islam dan hanya
berdasarkan tradisi budaya tidak atas dasar pengetahuan wahyu yang seharusnya
menjadi visi utama mengenai realitas dan kebenaran (the vision of reality and
truth) bukan sekedar fikiran tentang alam fisik tapi juga metafisik yang
didukung oleh akal dan intuisi dan subtansi agama seperti keimanan dan
pengalamannya, ibadahnya, doktrinnya serta system teologinya telah ada dalam
wahyu dan dijelaskan oleh nabi. Sehingga ilmu pengetahuan yang berdasarkan
peradaban barat berupa ilmu pengetahuan semu yang menciptakan kekacauan visi
utama maka perlu adanya proses yang mengembalikan ilmu pada fitrahnya, yakni
islamisasi ilmu.
Sedangkan Gagasan
al-Faruqi mucul karena tradisi keilmuan islam telah melemah, mengangumkan
kemajuan barat, mengitu jalan westernisasi dan akhirnya menghancurkan umat
islam dari ajaran al-quran dan hadist sebab menyusuri tanpa filter. Umat islam
telah mengalami The lock of vision (kehilangan yang jelas tentang
sesuatu yang harus diperjuangkan sampai berhasil) kemajuan semu yang membuat
mereka kehilangan pijakan yang kokoh yakni moral agama. Menyebabkan mereka kehilangan arah yang merupakan penyebab
malaisme yang menjadikan bangsa islam berada ditangga terbawah maka perlu
adanya islamisasi ilmu untuk mengembalikan kembali tradisi keilmuan berdasarkan
visi yang hakiki
Peradaban
barat memiliki prinsip dikotomisme, dualism dan sekularisme yang memisahkan
akan keilmuan dengan agama, prinsip ini sangat bertentangan dengan nilai tauhid
hal ini yang menjadi dasar penentangan munculnya gagasan islamisasi ilmu menurut
Al-Attas dan Al-Faruqi namun analisanya yg berbeda, Al-Attas menganalisa dan
melihat berdasarkan pengaruh eksternal sedangkan Al-Faruqi menganalisa berdasarkan
pengaruh internal yang akan menghancurkan umat islam sendiri. Sehingga adanya
islamisasi ilmu tak lain untuk melahirkan muslim yang beradab.
Sebelum kita
ungkapkan urgensi islamisasi ilmu kita harus memahami arti dan definisi dari islamisasi
terlebih dahulu, Menurut Al-Attas islamisasi adalah membawa sesuatu kedalam
islam, bukan berarti islam tidak bersifat universal tapi terlalu banyak hal
diluar islam yang jauh dari nilai-nilai islam. Sehingga menjadi gambaran
univesrsal suatu langkah atau usaha untuk memahamkan sesuatu dengan kerangka
islam (Islamic framework) yang merupakan pembebasan rohani untuk menjadi
manusia yang sejati yang semua tindakannya dilakukan dengan sadar penuh makna
yang akan menimbulkan keharmonian dan kedamaian dalam dirinya sesuai dengan
fitrahnya (original nature).
Islamisasi
pikiran dari pengaruh eksternal dann islamisasi pikiran dari dorongan internal.
Pengaruh eksternal antara lain merupakan pembebasan dari pengaruh magis, mitologis,
animism, nasional-kultural dan paham sekuler. Sedangkan dorongan internal yang
membutuhkan adanya islamisasi ilmu yakni, pembebasan jiwa dari sikap tunduk
kepada keperluan jasmaninya, yang condong mendzalimi dirinya sendiri dengan
sifat jasmaniah yang telah lalai pada fitrahnya perlahan akan melupakan tentang
tujuan asalnya islamisasi bukan proses evolusi (a process of evolution) tapi
pengembalian kepada fitrah (original nature)
Sedangkan
definisi islamisasi menurut Al-Faruqi yakni, memfokuskan kembali ilmu untuk
mendefinisikan kembali, menyusun ulang data, memikir kembali argument dan
rasionalisasi data, menilai kembali kesimpulan dan tafsiran untuk membentuk
kembali tujuan dan disiplin yang memperkaya visi dan perjuangan islam.
Sedangkan islamisasi ilmu pengetahuan yakni, mengislamkan ilmu pengetahuan
modern dengan membangun ulang sains sastra, dan sains-sains ilmu pasti dengan
memberikan dasar dan tujuan-tujuan yang konsisten dengan islam. Sehingga
mengungkapkan relevensi islam yang bersumberkan pada tauhid.
Definisi
islamisasi yang diungkapkan Al-Attas dan Al-faruqi juga memiliki perbedaan
dalam segi pandang namun pada dasarnya adalah pengembalian ilmu pada fitrahnya
atau mengislamkan ilmu pengetahuan dengan didasari oleh konsep din. Al-Attas
memandang secara subyektif sedangkan Al-Faruqi kepada obyek ilmu dalam perlakuan
pembenahannya.
Islamisasi
menjadi tantangan umat islam yang perlu dilakukan karena problematika umat yang
semakin kehilangan arah dan berbalik menjauh pada tujuan utama yakni kepada
Allah SWT. Problematika ini dapat kita lihat disekitar kita, dimana manusia
hidup untuk kesenangan duniawi saja melupakan perihal akhirat yang menjadi
tempat kembali, khususnya pada bidang farmasi problematika ini sangat terlihat
pada banyaknya pelanggaran etika farmasi pada pelayanan farmasi klinis atau
farmasi komunitas, dimana hak dan kewajiban apoteker dilalaikan demi keuntungan
diri semata.
Contoh
kecilnya adalah ketika tidak adanya apoteker saat pelayanan di apotek
berlangsung. Atau apoteker yang hanya memberikan obat tanpa pemberian konseling
tentang obat tersebut merupakan pelanggaran etika profesi farmasi. Hal ini
banyak terjadi karena para farmasis hanya melayani berdasarkan undang-undang
saja, tidak menyadari bahwasanya melalaikan hak dan kewajiban merupakan
perbuatan yang dzhalim dan akan memiliki tanggunggan di hari akhir nanti. Hal
ini tak akan terjadi apabila ilmu yang dimiliki memiliki dasar islamisasi pada
proses praktisnya. Maka dari itu wujud islamisasi ilmu pengetahuan menjadi
urgensi dalam perkembangan umat islam khususnya, Negara, bahkan perkembangan
dunia.
Refference:
Anonim,
2011. Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Tinjauan Atas Pemikiran Syed M. Naquib
al-Attas dan Ismail R. al-Faruqi) diakses dari
http://inpasonline.com/islamisasi-ilmu-pengetahuan-tinjauan-atas-pemikiran-syed-m-naquib-al-attas-dan-ismail-r-al-faruqi/
pada 16-09-2017 10:12.
Ahmad Kholili Hasib, 2015. Meninjau
Filosofi Gagasan Islamisasi Sains diakses dari
http://inpasonline.com/meninjau-filosofi-gagasan-islamisasi-sains/ pada
16-09-2017 10:12.
09.48
|
Label:
Islamisasi
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pages
Diberdayakan oleh Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
Archives
Perfil
- Unknown
0 komentar:
Posting Komentar